Memasuki pemerintahan Presiden Joe Biden, pemimpin Gedung Putih ini tidak secara vulgar menyombongkan diri seperti Trump yang berusaha menjaga minyak di timur laut Suriah.
Namun Biden diam-diam melanjutkan kebijakan Washington untuk menyelundupkan emas hitam ke luar negeri.
Selain itu, media Suriah telah melaporkan peningkatan insiden keterlibatan AS dalam ekspor ilegal bahan makanan keluar dari negara rawan pangan itu.
Empat belas truk yang memuat gandum dari dua silo di pedesaan Hasakah telah diselundupkan secara ilegal dari Suriah ke Irak.
Baca juga: Rudal Supersonik AntiKapal Milik China, Musuh Cuma Punya Waktu 10 Detik Mencegatnya
Menurut kantor berita tersebut, gandum bersumber dari silo di kota Tal Alou dan Yarubiyah, yang dikenal sebagai cadangan utama bahan makanan lokal.
SANA mengaitkan pencurian itu dengan "pasukan pendudukan AS," sebuah istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan pasukan AS atau sekutu milisi Pasukan Demokrat Suriah mereka.
Insiden terbaru itu menyusul laporan dari pekan lalu sekitar 12 kendaraan yang membawa gandum dibawa ke Irak melalui penyeberangan perbatasan Semalka.
Sebelumnya, pada 28 Maret sekitar 38 truk bermuatan gandum dikirim ke Irak melalui titik penyeberangan al-Walid.
Delapan belas truk berisi biji-bijian dilaporkan diselundupkan melalui Semalka pada minggu yang sama.
Baca juga: Bocah 10 Tahun Terlindas Truk di Aceh Timur, Sopir dan Pengemudi Becak Melarikan Diri
Media lokal telah melaporkan peningkatan besar dalam penyelundupan bahan makanan sejak Januari, dengan pemerintahan Biden tampaknya telah beralih dari taktik membakar tanaman pangan yang dilaporkan sebelumnya untuk mencegah mereka dipanen.
Tekanan yang meningkat pada pasokan makanan negara itu datang ketika AS dan sekutunya Kurdi terus menduduki sebanyak 90 persen wilayah penghasil minyak Suriah.
Suriah tidak pernah menjadi kekuatan minyak utama sebelum 2011.
Tapi pasokan yang dimilikinya cukup untuk mengamankan kemandirian energi, dan untuk memberi negara itu pendapatan sederhana melalui ekspor.
Suriah sangat membutuhkan sumber pendapatan untuk memperbaiki kerusakan yang diperkirakan mencapai $ 400 miliar yang disebabkan oleh konflik sipil yang didukung asing.
Baca juga: Kapal Selam Baru Korea Utara Siap Diluncurkan, Berbobot 3000 Ton dan Siap Luncurkan Rudal
Tetapi sanksi AS dan Eropa, dikombinasikan dengan pendudukan Washington di ladang minyak utama Republik Arab, membuat rekonstruksi menjadi sulit.