Kupi Beungoh

Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Silaban, Gerrit Bruins, Ibrahim Hasan & Estetika Baiturrahman (IV)

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Foto direkam dengan drone dari arah Tugu Modal, tahun 2019.

Masjid itu adalah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Ceritanya sangat sederhana, agresi Belanda pertama pada tahun 1873 mendapat perlawanan kuat dari berbagai tempat, dengan konsentrasi utama di Masjid Raya Baiturrahman.

Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Kohler menduga bangunan itu adalah benteng pertahanan Aceh, dan kemudian menembakkan bola api ke Masjid Baiturrahman.

Masjid ludes terbakar dan Belanda harus membayar mahal, Jenderal Kohler mati ditembak di halaman masjid oleh sniper pejuang Aceh.

Belanda meminta maaf kepada ulama dan tokoh-tokoh masyarakat beberapa tahun setelahnya.

Atas perintah Jenderal Van Der Haijden, Baiturrahman dibangun kembali pada tahun 1879 dan selesai pada tahun 1881.

Dalam membangun Masjid itu, Belanda mengerahkan keahlian dan biaya yang cukup lumayan.

Seorang arsitek Belanda Gerrit Bruins membuat desainnya, lalu diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang sekaligus mengawasi pembangunannya.

Kontraktor pembangunan masjid adalah pengusaha berdarah Cina, Lie A Sie (Tirto 2021).

Bruins mengerahkan segala pengetahuan dan kemampuannya untuk menciptakan keindahan Baiturrahman dengan harapan akan memulihkan hati rakyat dari serangan yang telah terjadi dan keberlanjutan penjajahan Belanda.

Tidak dapat dibantah Bruins mencoba mengadopsi berbagai elemen keping budaya Islam mancanegara yang dipadukan sehingga menjadi entitas unik Aceh.

Secara sangat jelas tampak arsitektur Moghul India menjadi tema utama bangunan Baiturrahman, teruatama kubah dan menaranya.

Arsitektur Islam Moghul sendiri lebih mencerminkan kompleksitas perpaduan seni India, Persia, dan Turki (Asher 1992).

Tidak berhenti di kubah dan menara, Bruins juga memasukkan style tiang Andalus, dengan atap dan dinding yang lebih mencerminkan Eropah.

Tidak berhenti dengan keindahan bangunan, Belanda juga mendatangkan marmar untuk Lantai dari Tiongkok, kaca patri untuk jendela dari Belgia, pintu kayu berdekorasi dengan lampu hias dari perunggu.

Halaman
1234

Berita Terkini