Kupi Beungoh

Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Silaban, Gerrit Bruins, Ibrahim Hasan & Estetika Baiturrahman (IV)

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Foto direkam dengan drone dari arah Tugu Modal, tahun 2019.

Perluasan dan renovasi Baiturrahman setidanya berlangsung beberapa kali dan tetap mengacu kepada kerangka Bruins yang asli.

Pada tahun 1992 almarhum Gubernur Ibrahim Hasan membuat renovasi besar-besaran, termasuk dengan perluasan halaman masjid hingga mencapai luas total dengan halaman hampir mencapai 1 hektare.

Masjid yang diperbesar itu kemudian bertambah kubahnya menjadi 7 dengan 8 menara.

Ibrahim Hasan sangat hati-hati dalam memugarnya, terutama basis moralnya  adalah untuk tidak menganggu atau merusak nilai-nilai warisan yang melekat pada masjid itu.

Pertama ia sangat gundah dengan masjid yang hanya mempunyai sebuah lampu perunggu yang diwarisi dari masa pendirian pertamanya lebih dari satu abad yang lalu.

Lampu gantung itu yang memang sudah klasik tidak akan pernah mampu lagi menyinari masjid yang sudah berganda beberapa kali luasnya dari masjid pertama didirikan.

Dalam pandangan Ibrahim Hasan, bagaimana mungkin masjid yang begitu indah di luar, cantik di dalam, namun penerangan lampunya di dalam nyaris berstyle lampu listrik biasa.

Segala keindahan itu akan ditelan oleh suasana dalam yang kering, tanpa aura keheningan dan kekhusyukan sekaligus.

Baca juga: Syekh Ali Foto di Depan Baiturrahman

Baca juga: Dari Jakarta, Nani Naik Sepmor ke Baiturrahman

Sentuhan AD Pirous

Ibrahim Hasan ingat punya kawan dekatnya seniman nasional asal Meulaboh, pengajar ITB, AD Pirous yang dulu juga pernah sama-sama membantu Prof. A Majid Ibrahim pada rancangan keindahan lapangan dan gedung MTQ 1979.

Ia mengundang Pirous dan berkonsultasi tentang lampu yang terbatas itu.

Usul Pirous sangat sederhana, lampu klasik tembaga itu mesti dibuat replikanya sebanyak yang dibutuhkan.

Ibrahim Hasan setuju dan ia menyerahkan urusan itu kepada Pirous.

Hasilnya, tak lama kemudian berjajar 30 lampu gantung-chandelier yang seragam bejejer indah di bagian atas Baiturrahman.

Ada suasana elegant yang temaram yang membantu kekhusyukan jamaah sembahyang dalam berdialog dengan sang Khalik.

Proses kreativitas minimalis mulai terjadi, Pirous telah memulainya dengan upaya kecil, mereproduksi lampu yang serupa dari lampu pertama Baiturrahman.

Kunci design yang dibuat oleh Bruins memang sangat sukar diutak atik.

Ibrahim Hasan memanggil lagi Pirous dan bertanya tentang kemungkinan membuat pintu masuk mesjid dengan struktur dan ornamen yang menyatu dengan bangunan, namun harus memuat elemen etnik, dalam hal ini Aceh.

Pirous mengiayakan dengan sangat hati-hati.

Ia berburu lagi ke lapangan mencari peninggalan indatu yang tersebar ddan berserakan di seluruh Aceh.

Kolase foto lukisan kaligrafi karya Abdul Djalil Pirous, seniman Indonesia asal Meulaboh Aceh Barat. Lukisan-lukisan ini disimpan di Serambi Pirous, studio galery, di Jl. Bukit Pakar Timur II/111 Bandung, 40198, Indonesia. (SERAMBINEWS.COM/Handover)

Akhirnya ia menemukannya di sebuah masjid kecil tua di sebuah lokasi dekat dengan Banda Aceh, namun terpencil letaknya di kawasan menuju Ujung Pancu, yakni di masjid Indra Purwa.

Di masjid inilah ia menemukan mimbar kuno yang sangat klasik dan indah- penulis pernah melihatnya sebelum tsunami-.

Ukiran dan relif dari dinding mimbar itulah yang menjadi insparasi Pirous yang kemudian dijadikan kerawang tembaga dalam bingkai pintu masuk ke Baiturrahman.

Mimpi Ibrahim Hasan untuk memasukkan ikon etnik Aceh ke dalam bangunan Masjid Baiturrahman tercapai sudah, dan Pirouslah yang menjadi bidannya.

Lukisan kaligrafi Surat Al-Ikhlas karya AD Pirous. Lukisan ini disimpan di Serambi Pirous, Studio Galeri, di Jl. Bukit Pakar Timur II/111 Bandung, 40198, Indonesia. (SERAMBINEWS.COM/Handover)

Boh Meuriya di Puncak Tugu Modal

Ibrahim Hasan tidak mau berhenti dalam upaya memperindah Baiturrahman, dan di saat yang sama juga ingin membagun monument daerah modal yang bercorak relegius.

Ia memperluas halaman depan masjid.

Di ujung halaman sebelah kanan dibangun sebuah menara tertinggi yang menggambarkan Aceh sebagai daerah yang kental dengan nilai-nilai religius yang kemudian menjadi sebagai daerah modal Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekalipun menara itu letaknya agak jauh dari bangunan utama dan berstatus sebagai monumen, tentu saja bangunan itu tak terpisahkan dari totalitas keberadaan Baiturrahman.

Orang-orang berorasi dengan latar belakang Tugu Modal Indonesia, di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Selasa (8/12/2020). Kawasan ini sering menjadi lokasi aksi warga Aceh untuk menyampaikan aspirasi. (Serambi Indonesia)

Kali ini Ibrahim Hasan gusar lagi, tentang bagaimana membangun kubah kecil menara yang orisinal Aceh, namun tetap dapat menjadi bagian tak terpisahkan dan serasi dengan kubah dan menara yang telah ada.

Dan itu, lagi lagi Pirous yang ditugaskan.

Pirous tidak kehilangan akal, ia berkontemplasi dan mengungat berbagai tempat dan lingkungan masa kecilnya di Meulaboh.

Akhirnya ilham kubah itu datang bukan dari bangunan atau artefak budaya lain, tetapi dari rawa-rawa yang ada di sekitar Meulaboh.

Boh meuriya alias buah rumbia, itulah konsep dasar menara monumen itu yang kemudian dikalibrasi seninya oleh Pirous dan jadilah menara dengan kubah kecil Aceh original yang dibuat oleh putera Aceh sendiri.

Estetika Baiturrahman memang tidak sangat banyak yang bisa dilakukan, kecuali oleh tangan-tangan yang bercita rasa tinggi, imajiner, dan memahami akar etnik yang kuat.

Ada seni dan nilai-nilai yang luhur yang membuat masjid itu mempunyai aura dan roh tersendiri.

Namun kadang sekali waktu ada kreativitas manusia yang istimewa, walau terhadap struktur dan arkitektur yang telah dikunci rapat, tak ubahnya  seperti yang dilakukan oleh Pirous terhadap kunci Gerrit Bruinsnya Baiturrahman.

Pirous mengolah seninya dengan mencari keserasian dan keterpaduan, dan bahkan berhasil dengan cukup baik.(*)

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkini