Krisis Politik di Myanmar

Kekerasan di Myanmar Masih Terus Terjadi, Pasca Pertemuan Pemimpin ASEAN

Editor: Taufik Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Myanmar tembak mati seorang bocah perempuan usia tujuh tahun, Selasa (23/3/2021).

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan, enam orang tewas di Myanmar setelah pemimpin negara-negara ASEAN bertemu untuk membahas krisis di negara tersebut, Sabtu (24/4/2021) lalu.

Secara keseluruhan, kelompok masyarakat sipil tersebut mengungkapkan, 756 orang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer sejak 1 Februari 2021 hingga 28 April 2021.

AAPP juga mencatat, 3.449 orang ditahan dan surat perintah penangkapan diterbitkan untuk 1.237 orang.

“Janji junta untuk ‘menahan diri dari kekerasan’ seharusnya tidak dipercaya oleh ASEAN,” kata AAPP dalam laporannya, Kamis (30/4/2021).

Menurut AAPP, penangkapan terus terjadi pada pagi maupun malam hari menggunakan mobil pribadi.

AAPP mengungkapkan, pasukan junta juga menggunakan berbagai bentuk penindasan untuk menekan pegawai negeri yang terlibat dalam Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM).

Baca juga: Dubes Ceko Kunjungi USK

Baca juga: Seorang Guru di Sukabumi Lumpuh Usai Divaksin, Ini Kronologinya

Baca juga: THR dan Gaji ke-13 Aparatur Negara Tidak Dibayar Penuh, Ini Komponen yang Dipotong

Pasukan junta, kata AAPP, akan menculik keluarga anggota CDM apabila tidak dapat menangkap anggota tersebut.

AAPP menuturkan, pasukan junta juga memaksa pegawai negeri yang terlibat dalam CDM agar pindah dari perumahan pemerintah hingga melepaskan tembakan.

“Terlepas dari kekerasan junta setiap harinya, Revolusi Musim Semi semakin intensif di seluruh negeri, termasuk di Yangon dan Mandalay,” ucap AAPP.

Tentara tewas ditembak junta

Media independen Myanmar Now melaporkan, seorang tentara yang membelot ke CDM tewas ditembak di bagian dada oleh pasukan junta saat bentrok di daerah Tamu, Wilayah Sagaing, Selasa malam.

Korban disebutkan sedang melakukan patroli bersama Tamu Security Group, kelompok perlawanan sipil, ketika mereka bertemu dengan pasukan militer di dekat Jembatan Kuntaung.

Menurut Myanmar Now, banyak penduduk di Tamu telah melarikan diri.

Baca juga: Pembahasan Cawagub Aceh Mandek, Partai Pengusung Mulai Pesimis

Baca juga: Memberantas Narkoba dengan Personil Terbatas, Mungkinkah?

Baca juga: Wisata Pemandian Air Dingin, Surganya Desa Asantola

Sabtu lalu, pemimpin negara-negara anggota ASEAN menyepakati konsensus berisikan lima poin terkait krisis di Myanmar sebagai hasil dari pertemuan di Jakarta.

Salah satunya menghentikan kekerasan di Myanmar dan meminta semua pihak harus menahan diri.

ASEAN juga meminta dimulainya dialog konstruktif antara semua pihak yang berkepentingan untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat Myanmar.(AnadoluAgency)

Berita Terkini