Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Desa Cot Jrat, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen berjarak sekitar 4 kilometer sebelah utara Kantor Bupati Bireuen jalan Banda Aceh-Medan terdapat satu masjid diberi nama Baitul Abidin dibangun tahun 2011 lalu.
Dalam komplek masjid juga terdapat satu dayah dibangun pada waktu yang hampir bersamaan, keduanya memiliki nama sama yaitu Masjid Baitul Abidin dan Dayah Baitul Abidin yang artinya keduanya sebagai penjaga agama.
Jumat (29/04/2021) Serambinews.com bertandang ke masjid yang terletak di dekat jalan Desa Cot Jrat. Taslim atau jamaah masjid adalah penduduk dari dua desa yaitu Desa Cot Jrat dan Desa Cot Peutek, keduanya wilayah Kecamatan Kota Juang.
Panitia pembangunan masjid, Tgk M Yusuf Ahmad (65) yang didampingi Keuchik Cot Jrat Fauzi (42), Imum Syick Tgk Zainuddin dan sejumlah pengurus lainnya mengatakan, masjid dibangun sekitar tahun 2011 lalu, dayah juga demikian.
Sebelum masjid dibangun, katanya, masyarakat Cot Jrat yang hendak shalat Jumat pergi ke Masjid Buket Teukuh, jaraknya sekitar 2 kilometer atau ke masjid Tanoh Mirah, dengan jarak sekitar 6 kilometer.
Baca juga: Satlantas dan Satpol PP Aceh Barat Tertibkan Pedagang Musiman
Baca juga: Walhi Aceh Minta KLHK untuk Mencabut IUPHKm KSU Putera Selatan Kluet di Aceh Tenggara
“Saat itu belum banyak sepeda motor, warga jalan kaki ke Buket Teukuh,’ ujar Yusuf Ahmad.
Setelah bermusyawarah beberapa kali para tokoh masyarakat dua desa yaitu Desa Cot Jrat dan Cot Peutek akhirnya masyarakat sepakat membangun masjid, tanah pertapakan masjid dalam komplek Dayah Baitul Abidin, maka nama masjid juga diberi nama Baitul Abidin.
Peletakan batu pertama dilakukan Tgk Muhammad Amin bin Mahmuh atau lebih dikenal dengan panggilan Abu Tumin pada tanggal 5 Januari 2011, shalat Jumat pertama dilakukan pada 24 Desember 2013.
Tanah pertapakan masjid dan dayah luasnya mencapai 2 hektar lebih merupakan tanah wakaf dari empat orang warga setempat yaitu Asiah Ismail, Sairah keduanya sudah almarhum, kemudian Maryam (70) dan Amir Mukhsin masih hidup sampai sekarang.
Menyangkut sumber dana membangun masjid, keuchik Fauzi maupun pengurus lainnya mengatakan, dana membangun masjid swadaya masyarakat dari dua desa, pekerjaan membangun masjid juga dilakukan dengan gotong royong.
“Dapat kami sebutkan tenaga membangun mesjid 90 persen gotong royong, ongkos hanya untuk kepala tukang saja itupun tidak seberapa,” ujar M Yusuf.
Baca juga: TNI Gadungan Ditangkap, Sekap Wanita Asal Jakarta, Minta Uang Rp 50 Juta hingga Ancam Bunuh Korban
Disebutkan, misalnya dana mesjid sudah terkumpul Rp 10 juta, panitia sepakat apa yang mendesak dikerjakan, kemudian memanggil tukang, warga melakukan gotong royong. Hari ini misalnya 30 warga Cot Jrat yang gotong royong, besok 30 orang warga Cot Peutek, begitu seterusnya dan istirahat ketika anggaran sudah kosong.
Selain swadaya masyarakat ada juga bantuan aspirasi salah seorang anggota DPRK Bireuen periode lalu Rp 50 juta, sedangkan lainnya sumbangan dari warga desa, warga luar desa bahkan ada yang mengirim dari luar Aceh menitip untuk mesjid tersebut.
Sebelum tiba waktu shalat Jumat (30/04/2021) atau sekitar pukul 11.00 WIB, Tgk M Husen Ishak selaku bendahara mesjid datang ke mesjid dengan satu tas, satu kalkulator, buku catatan duduk di dalam mesjid, sejumlah orang datang menjumpainya menyerahkan sumbangan.