SERAMBINEWS.COM, JERUSALEM - Jalur Gaza, Palestina diguncang ledakan, seiring serangan udara jet tempur Israel, seusai serangan roket ke kawasan Israel.
Dilaporkan, pejuang Palestina di Jalur Gaza menembakkan roket ke wilayah Yerusalem dan Israel selatan pada Senin (10/5/2021).
Serangan itu sebagai ancaman untuk menghukum Israel karena konfrontasi kekerasan dengan warga Palestina di Jerusalem.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sembilan warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel.
Militer Israel tidak segera mengeluarkan komentar tentang tindakan apa pun yang telah diambilnya di daerah kantong tersebut.
Baca juga: Amerika Serikat Prihatin Atas Kekerasangan di Jerusalem
Sirene roket berbunyi di Jerusalem, di kota-kota terdekat dan di komunitas dekat Gaza beberapa menit setelah ultimatum dari kelompok Hamas.
Pejuang Hamas menuntut Israel pasukan di kompleks masjid al Aqsa mundur dan titik nyala lain di kota suci itu dapat berakhir.
Belum ada laporan tentang korban jiwa dari tembakan roket di Israel.
Tetapi media lokal melaporkan bahwa sebuah rumah di perbukitan Jerusalem telah rusak, dalam pecahnya permusuhan paling serius dengan Hamas dalam beberapa bulan.
Di sepanjang perbatasan Gaza-Israel yang dibentengi, sebuah rudal anti-tank Palestina yang ditembakkan dari wilayah pantai kecil itu menghantam sebuah kendaraan sipil, melukai satu orang Israel, kata militer.
Hamas dan kelompok militan Jihad Islam yang lebih kecil mengaku bertanggung jawab atas serangan roket tersebut. Laporan media Israel mengatakan lebih dari 30 roket ditembakkan.
"Ini adalah pesan yang harus dipahami musuh dengan baik," kata Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas.
Saat Israel merayakan "Hari Yerusalem" pada Senin (10/5/2021) pagi, menandai direbutnya bagian timur kota suci itu dalam perang Arab-Israel 1967.
Kekerasan meletus di masjid al Aqsa, situs paling suci ketiga bagi Islam.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan lebih dari 300 warga Palestina terluka dalam bentrokan dengan polisi yang menembakkan peluru karet, granat kejut, dan gas air mata di kompleks itu.
Bentrokan, di mana polisi mengatakan 21 petugas juga terluka, di al Aqsa telah mereda pada saat Hamas mengeluarkan ultimatum pukul 6 sore (1500 GMT).
Permusuhan itu membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di ujung tanduk.
Baca juga: Arab Saudi Kutuk Israel, Gusur Rumah Warga Palestina di Jerusalem
Ketika lawannya merundingkan pembentukan koalisi pemerintahan untuk menggulingkannya setelah pemilihan 23 Maret 2021 yang tidak meyakinkan.
Bagi Hamas, beberapa komentator mengatakan, tantangannya terhadap Israel adalah pertanda bagi warga Palestina, yang pemilihannya sendiri telah ditunda oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Mereka sekarang mengambil keputusan untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas peristiwa di Jerusalem.
Bentrokan baru-baru ini di Jerusalem telah meningkatkan kekhawatiran internasional tentang konflik yang lebih luas, dan Gedung Putih meminta Israel untuk memastikan ketenangan selama "Hari Jerusalem".
Lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur juga menjadi titik fokus protes Palestina selama bulan suci Ramadhan.
Beberapa keluarga Palestina menghadapi penggusuran, di bawah perintah pengadilan Israel, dari rumah yang diklaim oleh pemukim Yahudi dalam kasus hukum yang sudah berjalan lama.
Baca juga: Sekjen PBB Desak Israel, Hentikan Kekerasan di Jerusalem Timur
Dalam upaya meredakan ketegangan, polisi mengubah rute pawai tradisional Hari Jerusalem, di mana ribuan pemuda Yahudi yang mengibarkan bendera Israel berjalan melalui Kota Tua.
Mereka masuk melalui Gerbang Jaffa, melewati Gerbang Damaskus di luar kawasan Muslim, yang telah menjadi titik nyala dalam beberapa pekan terakhir.
Polisi mendesak para demonstran untuk berlindung di Gerbang Jaffa setelah sirene berbunyi.(*)