Dengan sistem tersebut, di jeda series klub-klub bisa kembali ke kampung halamannya masing-masing, sekadar untuk latihan atau menghilangkan kejenuhan.
Kemudian kembali lagi ke sistem bubble yang pertama.
Jumlah series yang disiapkan untuk Liga 1 nanti ada 6 series dan tentunya kotanya berubah-ubah.
"Jadi kotanya dimulai dari series DKI-Jabar-Banten, istirahat kemudian masuk series kedua di Jateng-Jogja, kemudian masuk lagi series ketiga di Jatim, istirahat dan kemudian mulai lagi series keempat di Jatim, series kelima di Jateng-Jogja dan terakhir series keenam di DKI-Jabar-Banten," jelas Iwan Budianto.
"Jadi kemungkinan ada 6 series yang dilaksanakan. Target selesai Maret (2022). Starnya saja yang tadinya 3 juli mungkin jadi 10 juli sambil tunggu pertandingan teman-teman wakil kita di AFC," jelasnya.
Sementara itu untuk Liga 2 dibagi empat grup.
Masing-masing grup dihuni enam klub.
Mengenai format kompetisi yang telah dijabarkan ini masih akan dibahas kembali dalam managers meeting yang diadakan secara daring.
Liga 1 dan Liga 2 Tetap Gunakan Format Promosi dan Degradasi
PSSI sebagai induk sepak bola tertinggi di Indonesia memutuskan bahwa kompetisi Liga 1 dan 2 musim 2021-2022 tetap menggunakan format promosi dan degradasi.
Keputusan resmi tersebut diutarakan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan setelah terlibat diskusi ketat dengan (Komite Eksekutif) Exco PSSI dalam rapat Emergency Exco Meeting sehari sebelumnya.
Bahkan PSSI juga sudah berkonsultasi dengan FIFA dan AFC dalam memutuskan format kompetisi Liga 1 dan Liga 2 musim 2021/2022 ini.
"Dalam diskusi dengan semua Exco PSSI, akhirnya kami (PSSI) memutuskan Liga 1 dan 2 musim kompetisi 2021-2022 tetap ada promosi dan degradasi," ujar Mochamad Iriawan dikutip dari laman PSSI.
Hasil keputusan PSSI ini juga sekaligus menutup dinamika dari beberapa kontestan Liga 1 dan Liga 2 yang meminta format kompetisi tanpa degradasi.
Menurut beberapa klub tersebut, situasi pandemi Covid-19 yang belum selesai menjadi salah satu alasannya.