“Jadi benar-benar jarang. Saya enggak tahu statistik di luar Silicon Valley, atau even di luar Tesla,"
"Tapi 3-4 persen di otomotif mungkin sangat rendah,” kata Moorissa seperti dikutip dalam wawancaranya bersama VOA.
Morissa tidak mengetahui pasti mengapa statistik perempuan yang terlibat dalam di dunia teknik, khususnya otomotif, terbilang masih sangat rendah.
Walau begitu, Moorissa mengatakan, ia merasa beruntung karena tidak pernah mengalami diskriminasi berada di dunia kerja yang masih didominasi oleh laki-laki ini.
Meskipun ia merasa ini adalah tantangan tersendiri untuknya, karena kurangnya panutan perempuan di bidang tersebut.
"Jadi tantangan. Emang sebenarnya kurang role model ya, untuk personally sebagai cewek di dunia STEM, kurang role model jadi lebih susah yang namanya termotivasi untuk jadi executive misalnya,"
"Karena ga biasa bagi kita di posisi itu mungkin sebagai perempuan," ungkapnya.
Alasan terjun ke dunia STEM
Kecintaan Moorissa akan bidang matematika dan aljabar sejak dulu telah mendorongnya untuk terjun lebih dalam ke dunia STEM, sebuah bidang yang masih sangat jarang ditekuni oleh perempuan.
Moorissa beruntung bahwa keinginannya untuk terjun ke dunia sains didukung oleh keluarganya, yang melihat prestasi gemilangnya di bidang yang ia cintai ini.
Ia juga mengatakan pekerjaanya saat ini terinspirasi dari sang ayah yang juga seorang insinyur.
“Tapi sebenarnya yang bikin aku benar-benar tertarik untuk ke dunia ini adalah ayahku, karena aku benar-benar, (beranjak dewasa melihat Ayah sebagai inspirasi terbesar dalam hidupku). Dia seorang insinyur elektrik dan entrepreneur, dan aku bisa ngeliat kalau teknik-teknik insinyur, itu benar-benar fun, penuh tantangan, dan itu aku suka,” ceritanya.
Moorissa pun tetap optimistis, terutama dengan adanya berbagai organisasi yang meningkatkan pemberdayaan perempuan di bidang STEM, seperti Society of Women Engineers.
“Ini sangatlah penting untuk generasi kita di masa depan,” tegasnya.
Dalam meraih cita-cita dalam bidang apa pun, pesan Moorissa hanyalah satu, yaitu “follow your heart” atau ikuti kata hati.
“Walau pun mungkin banyak orang yang enggak setuju atau berpikir keputusan kita bukan yang terbaik, we have to follow our hearts (dan) karena ketika kita follow our hearts, kita enggak mungkin nyesel,” pesan Moorissa.
“Dan ketika kita tahu apa yang kita suka, sebesar-besarnya tikungan, jalan, atau mountains, ada sedikit semangat untuk menekuni bidang tersebut,” pungkasnya.
Untuk ke depannya, Moorissa bercita-cita untuk membangun yayasan yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan di Indonesia. (Serambinews.com/Yeni Hardika)