SERAMBINEWS.COM, BAGHDAD - Perdana Menteri Irak Mustafa Al-Kadhemi, Minggu (11/72021) pagi menjenguk seorang jurnalis muda yang drawat di rumah sakit Baghdad.
Dia juga seorang aktivis pro-demokrasi yang kritis terhadap faksi bersenjata pro-Iran dan juru kampanye itu diculik dan dipukul.
Ali Al-Mikdam, seorang jurnalis muda Irak, aktivis dan peneliti, telah menghilang pada Jumat (9/7/2021).
Hal itu memicu kekhawatiran luas dari teman-teman dan pendukungnya.
Sebelum akhirnya dibebaskan Sabtu (10/7/2021) malam dalam kondisi terluka di pinggiran Baghdad.
Sebuah tweet dari kantor Khademi mengatakan perdana menteri telah melihat kondisi kesehatan jurnalis dan aktivis Ali Al-Mikdam di salah satu rumah sakit Baghdad.
Baca juga: Petani Irak Bukan Hanya Menghadapi Ancaman Perang, Kekeringan Ancam Hewan, Ladang dan Kehidupan
Setelah pasukan keamanan membebaskannya dari para penculiknya.
Mikdam merupakan tokoh kunci dalam protes anti-pemerintah yang melanda Irak selama berbulan-bulan.
Dimulai sejak Oktober 2019 yang menyerukan penghapusan kelas politik Irak, yang oleh para aktivis dicap sebagai tidak kompeten dan korup.
Para pengunjuk rasa juga berunjuk rasa menentang pengaruh Iran di negara yang dilanda perang.
Di mana faksi-faksi bersenjata pro-Teheran yang kuat telah diintegrasikan ke dalam aparat keamanan nasional.
Mikdam, setelah menerima ancaman, telah pindah ke Istanbul, kemudian Irbil di wilayah semi-otonom Kurdistan Irak.
Dia telah kembali ke Baghdad delapan hari yang lalu, kata ibunya kepada AFP saat hilang pada Jumat (9/7/2021).
Baca juga: Perdana Menteri Irak Kunjungi Markas NATO, Siap Perang Melawan ISIS
“Baru dua hari yang lalu dia memberi tahu saya bahwa dia telah menerima ancaman," kata ibunya.
"Dia memberi saya nomor telepon teman-temannya untuk menghubungi mereka jika sesuatu yang buruk terjadi padanya,” kata ibunya sambil menahan air mata.
Pembunuhan, percobaan pembunuhan, dan penculikan telah menargetkan lebih dari 70 aktivis sejak gerakan protes meletus pada akhir 2019.
Pihak berwenang gagal mengidentifikasi atau mendakwa para pelaku kekerasan secara terbuka.
Karena tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.
Aktivis pro-demokrasi sering digambarkan sebagai kaki tangan asing oleh faksi pro-Iran yang kuat di Irak.
Baca juga: Pemimpin Milisi Irak Bersumpah Akan Membalas AS, Empat Anggotanya Tewas Terkena Serangan Udara
Bulan lalu, Irak membebaskan seorang komandan Hashed Al-Shaabi yang berafiliasi dengan negara,.
Sebuah koalisi paramiliter Syiah, dua minggu setelah dia ditangkap atas pembunuhan seorang aktivis pro-demokrasi.
Analisis terbaru Mikdam, yang diterbitkan oleh Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat bulan lalu, mengkritik gelombang pembunuhan yang sedang berlangsung.
Dimana menargetkan jurnalis dan cendekiawan oleh faksi-faksi bersenjata pro-Iran.(*)