Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – “Alhamdulillah setelah keluar izin kementerian kesehatan bahwa anak usia 12 tahun ke atas sudah dapat divaksin, maka anak sayalah saya jadikan contoh pertama menjalani vaksin di Kota Subulussalam. Pertanyaannya, adakah orang tua bodoh yang membawa anaknya cacat atau bahkan mati atau menderita setelah vaksin? Rasanya tidak ada orang tua di dunia ini yang mau mencacatkan anaknya,”
H Sarifin Usman Kombih mengucapkan kalimat itu setelah menjadi dokter sukarela yang menjadikan anaknya, Raja Faiz Yafi Kombih masuk dalam kelompok anak yang divaksin covid-19 pertama di Kota Subulussalam.
Remaja kelahiran 18 Juli 2008, menjadi peserta vaksinasi covid-19 termuda di Kota Subulussalam di saat anak seusianya bahkan orang tua masih banyak ragu atau takut membawa anaknya untuk divaksin.
Siswa kelas II Sekolah Menengah Pertama (SMP) Alfaqih ini menjalani vaksinasi Covid-19, Kamis (15/7/2021) di Puskesmas Penanggalan.
Dia divaksin setelah terbitnya aturan tentang vaksinasi untuk anak berusia 12-17 tahun.
Lalu ada Nazla Kirana Alva B, pelajar putri kelas VIII SMP Minhajussalam, Desa Kampung Baru, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, yang menjalani vaksin di Simpang Kiri pada hari yang sama.
Rafa divaksin saat jam belajar dan dia izin dari sekolah untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 tanpa ada keraguan.
Usai divaksin, Rafa menyatakan, dirinya baik-baik saja. Bahkan, satu jam kemudian menjalani vaksin Rafa kembali ke sekolah untuk melanjutkan pelajaran.
• Wajib Diperhatikan, Ini Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Sebelum & Sesudah Vaksinasi
Sama halnya dengan Nazla, dia menjalani vaksin di hari yang sama dengan Rafa. Nazla menyatakan tidak takut divaksin walau awalnya waswas karena takut dengan jarum suntik.
Sarifin yang juga Kepala Puskesmas Penanggalan menyatakan dia nekat mengajukan anaknya divaksin pertama sebagai contoh bagi masyarakat bahwa vaksin Covid-19 aman dan halal.
Menurut Sarifin, jika memang vaksin Covid-19 tersebut berbahaya sebagai orang tua dia tidak akan mau senekat itu untuk menjerumuskan anak.
Pasalnya, anak merupakan harta paling berharga sehingga tidak ada orang tua yang sekonyol itu untuk membuat cacat.
Apalagi, Rafa merupakan anak tunggal, sehingga sangat naïf bila Sarifin justru mengorbankan anak semata wayang jika vaksin Covid-19 membuat mudharat sebagaimana digembar-gemborkan oknum.
“Saya lakukan, saya buat anak saya sebagai contoh agar masyarakat semakin paham bahwa vaksin covid-19 itu aman serta halal,” terang Sarifin