SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Mantan pemain Alumni Paraguay, Muarif harus mengakhiri kariernya lebih cepat di lapangan sepakbola.
Dia terpaksa gantung sepatu menyusul cedera lutut yang berkepanjangan.
Kala itu, usia Muarif masih berumur 24 tahun.
Sebagaimana diketahui, Muarif bersama rekan-rekannya dikirim ke Paraguay antara 2008-2010.
Bukan hanya berlatih, Muarif juga memiliki kesempatan bermain di klub divisi 2 Paraguay bersama Fernando de la Mora.
Setelah berlatih selama tiga tahun, akhirnya pemain kelahiran Sungai Pauh, Kecamatan Langsa Barat, 20 Maret 1993 itu kembali pulang ke Aceh.
Tiba di Tanah Air, ia bersama rekan-rekannya mengawali karier di kompetisi Liga Indonesia bersama PSSB Bireuen di kompetisi divisi utama.
Dilatih arsitek asal Chili, Pablo Simon, Muarif dkk sukses membawa Laskar Kota Juang–julukan PSSB Bireuen–finish di peringkat 5 wilayah barat.
Baca juga: Brasil Lolos Final Olimpiade Tokyo Usai Kalahkan Meksiko Lewat Adu Penalti, Samai Rekor Hungaria
Baca juga: Nurul Akmal Sukses Angkat 256 Kg di Olimpiade Tokyo 2020, Pemerintah Aceh Beri Hadiah Rumah
Baca juga: China Kecam NBC, Peta Negara Tidak Dilaporkan Secara Lengkap Saat Pembukaan Olimpiade Tokyo
Baca juga: Karate Berharap Bisa Mendaratkan Pukulan Mematikan Sebelum Olimpiade Tokyo Ditutup
Setelah itu, Muarif berlabuh ke Semen Padang, Persiraja, dan PSBL Langsa.
Sayangnya, perjalanan karier Muarif di sepakbola harus berakhir lebih cepat.
Cedera lutut yang menderanya memaksa Muarif harus gantung sepatu.
Akhirnya, sejak itu dia beralih menjadi pelatih.
Kesempatan untuk menjadi arsitek muda datang juga.
Muarif diberi kepercayaan sebagai pelatih PSBL Langsa U-17 yang disiapkan ke Liga Suratin.
Setiap hari, dia bersama asisten Mawan, Hamzah, dan pelatih kiper, Fahmi melatih pemain yunior.