“Kami empat 4 adik beradik, 3 wanita dan abang,” kata Diyana dalam pesan WA yang dikirim oleh Datuk Mansyur kepada Serambinews.com.
Diceritakan, ayah Diyana ini merupakan keturunan Aceh.
Ia memiliki banyak famili di Langsa dan Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Diyana kemudian menceritakan kisah perjuangan Datuk Mansyur merebut hatinya, setelah pertemuan pertama di Medan Plaza.
“Beberapa hari setelah pertemuan pertama itu, Abang Mansyur datang lagi bawa hadiah dari Malaysia,” ujarnya.
“Saya pada mulanya saya menolak. Tapi Abang Mansyur datang lagi dan membawa baju Melayu sutra hadiah hari jadi buat saya,” ujarnya.
“Dalam hati saya berkata, baiknya Abang Mansyur Usman ini. Rupanya ada udang sebalik batu,” kata Diyana.
Sejak itu, Mansyur yang kini sudah menjadi Warga Negara Malaysia, semakin sering pulang ke Aceh.
Ia selalu menyempatkan diri datang ke Medan Plaza, bertemu Diyana, meski hanya sesaat.
Baca juga: 2 Warga Aceh Dideportasi dari Malaysia via Jakarta, Difasilitasi BPPA, Pemkab Tanggung Pemulangan
Baca juga: Malaysia Beri Penghargaan Hijrah Nabi ke Sekjen Liga Muslim Dunia
Dari Medan Pindah ke Shah Alam
Hingga tiga bulan kemudian, pada bulan Mei 2008, sebuah peristiwa yang mengubah nasib Bangsa Indonesia merembet hingga ke Medan.
Gedung Medan Plaza yang merupakan kebanggaan warga Medan, dibakar dan dijarah oleh massa, dalam aksi menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto.
Outlet kosmetik tempat Diyana bekerja di Medan Plaza ikut menjadi korban dalam peristiwa yang kemudian dikenal dengan “reformasi” itu.
Sejak itu, Diyana kehilangan pekerjaannya.
Gejolak politik di Indonesia ini membuat Mansyur juga tidak bisa lagi dengan mudah datang ke Medan, berjumpa dengan pujaan hatinya.