Beliau adalah pendiri Dayah Lam-u, Montasik, sebuah dayah yang sangat berpengaruh di Aceh Besar pada masa Sultan Alauddin Mahmud Syah (1870-1873).
Ulama ternama yang ahli dalam ilmu fikih dan hafiz al-Qur’an ini diiperkirakan tiba di Yan bersama anaknya, Teungku Abdul Hamid sekitar tahun 1895.
Beliau juga terkenal dengan panggilan Teungku Chik Umar di Yan karena pada akhir hidupnya menetap dan meninggal di Yan.
Ulama mujahid ini mempunyai empat orang putra dan semua mengikuti jejak perjuangannya menjadi ulama besar dan tokoh panutan masyarakat yang sangat berpengaruh, baik di Aceh mahupun di Yan.
Keempat putranya adalah:
1). Teungku Ahmad Hasballah
Teungku Ahmad Hasballah yang lebih dikenali dengan Abu Indrapuri lahir di gampong Lam-u pada 3 Juni 1888.
Setelah belajar ilmu agama dengan ayahnya dan di beberapa dayah di Aceh, beliau melanjutkan pengajian ke Yan.
Setelah lima tahun belajar di Yan, pada tahun 1010 beliau melanjutkan pelajaran ke pusat pendidikan Islam Masjidil Haram Makkah.
Tahun 1915 beliau kembali dan mengajar di Dayah Yan.
Abu Indrapuri dikenal memiliki daya nalar cukup kuat sehingga beliau mampu menguasai bahasa Arab dengan baik dan juga mendalami pelbagai bidang ilmu Islam lainnya seperti ilmu al-Qur’an, Fikih, Tauhid, Tasawuf, Tafsir, Hadis dan Sejarah Islam.
Oleh karena itu, musyawarah besar pemimpin dan ulama Aceh pada tahun 1922 yang dihadiri oleh Tuwanku Raja Keumala, Teuku Panglima Polem Muhammad Daud, Teungku Haji Ismail Eumpeu Trieng dan Abu Abdullah Lam-u, atas saran Teungku Hasan Kreung Kalee memilih beliau untuk memimpin Dayah Indrapuri.
Dayah Indrapuri adalah salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Aceh yang didirikan sejak zaman Sultan Iskandar Muda yang telah terhenti aktivitasnya akibat perang.
Abu Indrapuri adalah seorang ulama reformis yang berpengaruh di Aceh, sangat peduli kepada pendidikan umat dan juga aktif dalam politik.
Pernah menjadi Qadhi, Ketua Mahkamah Syariyah, Ketua Majlis Fatwa, ketua Majlis Syura PUSA dan terlibat aktif dalam Gerakan DI TII.