Penampakan tempat muazin ini sama persis seperti di meunasah yang ada di Aceh pada umumnya.
Puluhan pria yang hadir di meunasah itu kemudian melaksanakan shalat magrib berjamaah.
Seusai shalat, mereka membaca tahlil dan samadiyah.
Setelahnya, mereka mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Teungku Hamdani Hamid, pria asal Peureulak yang merupakan alumnus Budimesja Lamno Aceh Jaya, serta Tengku Bakri Isa.
Seperti biasa, malam minggu materi yang dipelajari adalah Kitab Sairus Salikin, yaitu kitab yang membahas tentang akhlak.
Fazzil Amri, alumnus Dayah Jeumala Amal Lueng Pidie Jaya yang telah menetap di Kanada sejak tahun 2003, mengatakan, meunasah yang dikelola oleh Achehnese Canadian Community Society (ACCS) ini melaksanakan kegiatan keagamaan yang sama seperti meunasah di Aceh.
Hal ini juga diperkuat oleh keterangan Tgk Hamdani Hamid dalam video yang direkam oleh Fazzil Amri.
“Malam minggu pengajian ureung tuha kitab Sirussalikin, untuk remaja malam malam sabtu pengajian kitab lapan, malam kamis dan malam jumat untuk anak-anak membaca Juz Amma, Alquran, hukum-hukum, masailal, dan kitab-kitab yang lain,” ungkap Tgk Hamdani.
Dalam video lainnya, para jamaah shalat Magrib, Isya, dan pengajian di Meunasah Aceh ini bersama-sama menikmati sajian istimewa kuah beulangong.
“Nyoe sie kubiri (ini daging biri-biri),” kata Fazzil Amri yang namanya sempat viral di Aceh karena video “Bule Makan Pliek dan Asam Sunti”, beberapa waktu lalu.
“Kon sie kubiri, tapi kibas (bukan biri-biri, tapi kibas),” protes salah satu jamaah yang sedang menikmati sajian istimewa khas Aceh, di Negeri Pecahan Es yang berjarak belasan ribu kilometer dari tanah kelahiran mereka.
Fazzil Amri mengatakan, terdapat sekitar 400-an warga keturunan Aceh di Vancouver Kanada.
Sebagian kecil lainnya tersebar di beberapa provinsi, termasuk belasan orang asal Kecamatan Mila, Pidie yang telah puluhan tahun menetap di Calgary, Provinsi Alberta.(syamzul azman/nal)