PSK cuma cinta satu malam dan dapatnya sedikit. Berbeda dengan simpanan pengusaha atau pejabat yang hasilnya kelas kakap
SERAMBINEWS.COM - Bukan untuk ditiru tapi jadi pelajaran supaya menjaga dan menjauhkan perbuatan dosa di daerah rantau.
Desakan ekonomi membuat mahasiswa ini melakukan perbuatan terlarang dan haram.
Tapi ini bukan hal baik bisa merusak masa depan dan dosa berkepanjangan.
Bagi Lina (21), mahasiswi asal Kota Manado, Sulawesi Utara, menjadi wanita simpanan lebih menguntungkan dibanding jadi PSK.
Mahasiswi di perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan ini mengaku pernah menjadi wanita simpanan seorang pengusaha batubara dan pejabat negara.
“PSK cuma cinta satu malam dan dapatnya sedikit. Berbeda dengan simpanan pengusaha atau pejabat yang hasilnya kelas kakap dan hubungannya berkelanjutan,” ujar Lina di Jakarta Selatan, belum lama ini.
Baca juga: Setelah Dua Kali Gagal, Dina Lorenza Ngaku Ingin Nikah Lagi, Ini Kriteria Calon Suaminya
Baca juga: Dekranasda Kota Banda Aceh Boyong Tiga Penghargaan, Hj Nurmiati: “Ini Hasil Usaha UMKM”
Baca juga: DKPP Beri Sanksi Ketua dan Anggota KIP Aceh Akibat Tunda Jadwal dan Tahapan Pilkada 2022
Lina mengatakan, dirinya tidak pernah tertarik untuk berdiri di pinggir jalan menjajakan dirinya atau berada di lokalisasi.
“Kurang tertarik tuh jualan melalui aplikasi chatting maupun media sosial,” ucap Lina.
Berbekal parasnya yang cantik dan kemolekan tubuhnya, Lina berhasil menggaet pejabat dan pengusaha di tempatnya bekerja sebagai lady companion (LC) atau pemandu lagu karaoke.
Dari simpanan pejabat, dia memperoleh Honda HR-V dan dibekali uang Rp15 juta per bulan untuk kebutuhan sehari-hari.
Lina juga disewakan apartemen di Jakarta Pusat dengan biaya sewa Rp5 juta per bulan.
Karena secara materil terpenuhi, otomatis dia juga harus siap melayani syahwat sang pejabat, kapan pun dan di mana pun.
Pisah dari pejabat, Lina jatuh ke pelukan pengusaha batubara asal Kalimantan. Selama 2 tahun menjalin hubungan terlarang dengan sang pengusaha, dia mendapat berbagai kemewahan.
Apartemen di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat senilai Rp50 juta langsung disewa selama setahun.
Kemudian, Lina dibelikan mobil Honda Civic dan biaya kebutuhan operasional sehari-hari Rp25 juta-Rp30 juta per bulan.