“Kami berharap bahwa komitmen ini dapat berlanjut dan bahkan diikuti oleh banyak daerah lainnya. UNICEF Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai kota/kabupaten di Aceh,” ujar Andi.
Acara ini berlangsung dengan diskusi substantif terkait berbagai inovasi lintas sektor, beberapa di antaranya yakni skema perlindungan sosial “GEUNASEH” di Sabang yang meningkatkan kunjungan ke Posyandu dengan mendistribusikan bantuan sebesar Rp 150 ribu tiap bulannya bagi anak usia 0-6 bulan.
Di Aceh Jaya, pelayananan konseling berbasis komunitas terkait pemberian makan bayi dan anak membantu para orang tua untuk menentukan asupan terbaik bagi sang anak.
Pembiayaan berbasis komunitas juga mendorong banyak desa di Aceh Jaya terbebas dari praktik BABS.
Baca juga: 34 Desa di Simeulue Terima Sertifikat dari Unicef, Ini Prestasinya
Sementara di Simeulue, kelas pengasuhan positif dengan konteks lokal juga turut membantu orang tua memahami berbagai isu terkait kesehatan dan kesejahteraan anak.
Dalam sektor kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan, perencanaan dan pembiayaan Puskesmas hingga digitalisasi data Posyandu juga turut berkontribusi pada deteksi dan penanganan kasus malnutrisi ibu dan anak sedini mungkin.
“Ada berbagai praktik baik dari daerah intervensi langsung UNICEF Indonesia yang kami akan adopsi. Untuk mengimplementasikannya. Kami berharap berbagai daerah ini bisa tetap berbagi informasi dengan kami ke depannya selepas acara,” ujar Agus Fardin, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Aceh Selatan.(*)