Sosok Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah, Sultan Terakhir Aceh yang Makamnya Dipugarkan Pemprov DKI

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berziarah ke makam Sultan terakhir Aceh, Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (13/12/2021).

Karena tidak mengakui kekuasaan penjajah, pada 3 Februari 1903, sultan oleh Belanda dijadikan tahanan rumah (diintenir) di kampung Keudah, Banda Aceh.

Dia hanya diperbolehkan bergerak bebas di sekitar Kutaraja.

Meski dalam tahanan rumah, sultan masih dapat menjalankan pengaruhnya menyusun siasat menyerang Belanda di Kutaraja secara diam-diam bersama pembesar Aceh seperti Tuanku Hasyem Banta Muda, Teuku Panglima Polem Muda Kuala dan Teungku Syiek di Tanoh Abee.

Pada tahun 1880, Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman yang baru pulang dari Mekkah juga ikut bergabung.

Melihat kondisi tak menguntungkan ini, pada 24 Desember 1907 Belanda menangkap dan membuang sultan bersama keluarga inti yaitu anaknya Tuanku Raja Ibrahim dan Teungku Bungsu serta pengikutnya ke Bandung dan Ambon.

Sebelumnya, pada tanggal 26 November 1902, Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid bersama anaknya Tuanku Raja Ibrahim (6) disandera oleh Belanda di Gampong Glumpang Payong Pidie.

Baca juga: Gubernur Anies Baswedan Pesankan Dibuat Barcode Tentang Jejak Sultan Aceh Muhammad Daud Syah

Tujuan penyanderaan ini agar Sultan Muhammad Daud Syah menyerahkan diri kepada Belanda.

Pada tahun 1918 kemudian sultan dan keluarga dipindahkan ke Jatinegara, Jakarta sampai meninggal pada 6 Februari 1939 dan dimakamkan di Pekuburan Utan Kayu (Kemiri), Rawamangun, Jakarta.

Lokasi pusaranya berdekatan dengan Kampus Universitas Negeri Jakarta sekarang.

Menurut kesaksian sejarawan Aceh Dr M Adli Abdullah kondisi makam sultan terakhir Aceh itu sangat menyedihkah.

"Tidak tampak bahwa di situ terbaring seorang pejuang yang tak pernah kenal menyerah demi membela nasib agama dan bangsanya," tutur Adli seperti dikutip dari tulisannya berjudul Muhammad Daud Syah yang dimuat Harian Serambi Indonesia 24 Februari 2013.

Menurut Adli kehidupan Sultan Muhammad Daud Syah tidak seindah dan semewah raja-raja lain di nusantara yang mengakui keberadaan penjajah kolonial, dimana mereka menerima kemegahan dan status sosial sampai ke keturunannya kini.

Sedangkan Muhammad Daud Syah sejak ditabalkan menjadi raja, hidupnya terus bergerilya dalam hutan-hutan Aceh demi mempertahankan marwah negerinya sampai ia ditangkap dan dibuang oleh Belanda dan meninggal dalam pengasingan, tanpa pernah menyerahkan kedaulatan Aceh kepada kaum penjajah dan tidak pernah dimakzulkan (diturunkan) secara adat Aceh.

Pada awal Desember 2012 Adli berziarah ke makam sultan.

Baca juga: Gubernur Anies Baswedan akan Pugar Makam Sultan Aceh Muhammad Daud Sjah, Begini Sejarah Almarhum

Ternyata, tidak sulit menemukannya walaupun tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa di tempat itu Sultan Aceh terakhir ini dimakamkan.

Halaman
123

Berita Terkini