Kesultanan Aceh
Gubernur Anies Baswedan Pesankan Dibuat Barcode Tentang Jejak Sultan Aceh Muhammad Daud Syah
“Dengan adanya barcode tersebut, publik akan mudah mengakses informasi dan membaca jejak perjuangan Sultan Muhammad Daud Syah....
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies R Baswedan memesankan kepada keluarga Almarhum Sultan Aceh Muhammad Daud Syah agar membuat barcode yang memuat riwayat serta perjalanan perjuangan Sultan Aceh Muhammad Daud Syah.
Pesan ini disampaikan melalui Siti Hasni, Kabid Pemakaman, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, DKI Jakarta kepada cucu Sultan Aceh, Teungku Dian Anggraeni pada saat peletakan batu pertama tanda dimulainya pemugaran makam Sultan Aceh tersebut, di Taman Pemakaman Umum Rawamangun, Jakarta, Senin (4/10/2021).
“Dengan adanya barcode tersebut, publik akan mudah mengakses informasi dan membaca jejak perjuangan Sultan Muhammad Daud Syah, sebagai bagian dari pendidikan sejarah bagi generasi muda bangsa,” ujar Siti Hasni.
Siti Hasni menyebutkan, publik pasti ingin mengetahui sosok Sultan Aceh terakhir tersebut. Bagaimana ia menjalankan perjuangan, lalu kapan ia dibuang ke Ambon, kapan dibawa ke Batavia. Selama di Batavia Sultan berdomisili dimana sampai ia kemudian wafat dan dimakamkan di TPU Rawamangun.
“Informasi-informasi ini penting bagi pengetahuan sejarah bangsa,” ujar Siti hasni. Ia yakin tentu sangat banyak informasi dan peran perjuangan Sultan Aceh Muhammad Daud Syah.
Menjawab harapan gubernur DKI Anies Baswedan tersebut, Teungku Dian Anggraeni, menyatakan akan memenuhinya dan itu merupakan salah satu cara penyebarluasan informasi tentang sosok bersejarah itu. “Insya Allah kami akan lengkapi, mengingat ini memang sangat penting,” katanya.
Kelak, siapapun yang datang ziarah ke makam Sultan Aceh itu, langsung bisa mengetahui secara persis informasi mengenai sultan Aceh terakhir tersebut.
Kegiatan pemugaran makam sultan Aceh tersebut menggunakan anggaran tahun 2021 sebesar Rp 2,1 miliar lebih.
Kegiatan pemugaran dilakukan pada dua titik. Sebab ada sejumlah kerabat sultan lainnya yang dimakamkan pada tempat terpisah di area pemakaman yang sama. “Kegiatan ini meliputi pemugaran dua titik itu,” katanya.
Siti Hasni menjelaskan, pada makam sultan akan diberikan lantai berbeda dengan makam lainnya dan diberi pembatas. Batu nisannya juga dibuat khusus yang dipesan dari Muntilan.
Ketua Umum Taman Iskandar Muda Surya Darma menyampaikan terima kasih atas pemugaran yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta itu. "Ini sangat penting artinya dalam merawat sejarah bangsa,” ujarnya.
Sultan Aceh Muhammad Daud Syah yang pernah bersembunyi di Loyang Sekam, sebuah gua terletak di Kampung Gunung Suku Rawe Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah dalam usaha menghindari kejaran Belanda, menolak menyerahkan kedaulatan kepada Belanda.
Pada 10 Januari 1903 setelah bermusyawarah dengan para Dewan Kesultanan, Sultan Daud Syah menghadap pimpinan Belanda di Sigli melalui Van Der Maaten. Beliau dibujuk untuk menandatangani surat penyerahan Kedaulatan Aceh kepada Belanda, tapi ditolak mentah-mentah dan merobek serta melemparkan surat tersebut ke Van Heutsz. Sultan menyatakan tekad “LEBIH BAIK AKU MATI BERKALANG NYAWA DARI PADA AKU SERAHKAN NEGERI ACEH KEPADA PENJAJAH BELANDA.”
Sultan kemudian dibawa ke Banda Aceh dan ditahan dalam sebuah rumah khusus di kawasan Keudah. Tapi dari balik tahanan Sultan masih mengatur strategi penyerangan terhadap markas-markas Belanda di Kutaraja, dan Sultan berusaha memohon bantuan pasukan dari Kaisar Jepang untuk mengusir Belanda dari Aceh dalam sebuah surat yang dikirimkan melalui perwakilan (kedutaan Jepang) di Singapore, dan akhirnya diketahui Spionase Belanda hingga membuat Van Heutz Berang dan memutuskan Sultan harus di “Externiring” keluar Aceh bersama keluarganya.