“Padahal menurut saya, persoalan GAM itu adalah persoalan cita-cita Aceh untuk menjadi lebih baik.
Ketika saya meletakkan foto beliau, bukan karena gerakan politik, tapi karena kekaguman saya karena beliau yang begitu hangat, bersahabat dan bercita-cita untuk Aceh ke depan,” kata Indra Iskandar.
Aceh saat ini
Selain tentang kisahnya bertemu Tgk Abdullah Syafii, Indra Iskandar juga berbagi cerita tentang awal mula orang tuanya merantau ke Jakarta, karirnya di pemerintahan, hingga pendapatnya tentang kondisi Aceh saat ini.
Untuk diketahui, ayah Indra Iskandar yang bernama Abu Bakar berasal dari Gampong Puuk, Kemukiman Lhang Tijue, Pidie.
Sementara ibunya berasal dari Gampong Keuniree, Kecamatan Pidie.
Baca juga: Sekjen DPR RI Indra Iskandar Ziarahi Makam Pahlawan Nasional Asal Aceh Tjoet Nyak Dhien di Sumedang
Baca juga: Sekjen DPR Indra Iskandar: Spirit Masa Lalu Aceh dapat Diadopsi untuk Atasi Masalah Aceh Saat Ini
Keduanya diperkirakan sudah merantau ke Jakarta sejak tahun 1950-an.
Adapun Indra Iskandar lahir di Rawamangun, Jakarta pada 14 November 1966.
Ditanya pendapatnya tentang Aceh saat ini, Indra Iskandar mengatakan, Aceh beruntung memiliki banyak tokoh yang peduli dengan keadaan Aceh, seperti Mustafa Abubakar, Azwar Abubakar, dan banyak lainnya.
Hanya saja, Indra mengaku agak heran kenapa dalam setiap survei BPS, ekonomi Aceh berada di posisi terendah kedua di Indonesia, demikian juga dari sisi pendidikan yang tertinggal jauh dari daerah lainnya.
“Kita seperti kehilangan kekuatan Aceh yang kita banggakan selama ini.
Saya kira Aceh membutuhkan figur orang yang sungguh-sungguh bekerja untuk Aceh tanpa adanya kepentingan.
Mungkin ada sesuatu yang salah di Aceh,” ujar Indra Iskandar, menjawab pertanyaan yang dilontarkan Pemred Serambi Indonesia.
Wawancara lengkap Indra Iskandar ini bisa disaksikan di Youtube Serambi On TV dan Facebook Serambinews.com. (syamsul azman)
Data diri