Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Titik kerusakan tanggul di Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang semakin bertambah akibat gelombang banjir yang belum surut, hingga Rabu (5/1/2022) petang.
Kerusakan ini menyebabkan 90 persen permukiman di wilayah pesisir terendam sekaligus merusak lahan pertanian warga.
Warga pun berharap pemerintah mencurahkan perhatiannya terhadap perbaikan tanggul karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Kalau cuma sekali tidak apa-apa, ini setahun bisa empat kali banjir. Habis semua barang,” kata Mahyani (39), warga Telukhalban.
Mahyani masih ingat ketika kampungnya didatangi rombongan Forkopimda Aceh pada Mei 2020.
Di antaranya Gubernur Aceh Nova Iriansyah, Ketua DPRA Dahlan Jamaluddin, serta Pangdam IM yang masih dijabat Mayjen TNI Hassanudin, dan Kapolda Aceh sewaktu itu Irjen Wahyu Widada.
Baca juga: Warga Sindir Gubernur Gegara Banjir tak Kunjung Surut, Sebut Lebih Butuh Tanggul Dibanding Sembako
“Datang ketika itu katanya mau bantu perbaiki tanggul, tapi sampai sekarang apa pun tidak ada. Kami terus yang bertambah menderita,” ucapnya.
Banjir di Telukhalban dan Rantaupakam memang disebabkan tanggul di dua kampung itu jebol sejak beberapa tahun lalu.
Kerusakan ini menyebabkan arus sungai yang harusnya mengalir ke hilir berubah arah ke permukiman.
Derasnya arus banjir ini bukan hanya membuat rumah terendam, namun beberapa bangunan juga rusak dan roboh.
Sekretaris Kampung Telukhalban, Abdullah Boyak ketika ditemui di lokasi banjir menjelaskan, bangunan roboh merupakan kios milik Maimunah.
Kios semipermanen itu hanya menyisakan pondasi batu bata setelah dihantam gelombang banjir pada Senin (3/1/2022) lalu.
Baca juga: Diterjang Banjir Kiriman, Kerusakan Tanggul di Bendahara Aceh Tamiang Semakin Parah
“Satunya lagi rumah ibu Siti Sarah, dapur dia sudah hampir ambruk. Sampai sekarang air sungai masih masuk ke dapur dia. Takutnya hanyut,” kata dia.
Datok Penghulu Kampung Rantaupakam, Ruslan menyebut, awalnya kerusakan tanggul di wilayahnya hanya dua titik.