Hal ini, lanjutnya, dikarenakan kamar yang penuh, loket pendaftaran hanya terdapat satu loket dan masih adanya kurang informasi yang diberikan petugas kepada keluarga pasien yang menyebabkan keluarga pasien menunggu dalam waktu yang lama.
Pada instalasi radiologi, Komisi V DPRA menemukan adanya monitor USG yang rusak.
Bahkan, kata Falevi Kirani, dari informasi yang diberikan manajemen rumah sakit menyampaikan alat MRI yang ada saat ini usianya sudah 10 tahun.
Sehingga jika digunakan MRI 10 orang pasien sehari, maka MRI down.
"Untuk CT Scan setiap harinya jumlah pasien membludak 25-35 pasien, dokter tidak sanggup perlu penambahan alat dan dokter. Demikian juga perlu adanya penambahan dokter SpOG," sebut Falevi Kirani.
Baca juga: Sidak RSUDZA, Ombudsman dan Senator Aceh Temukan Sejumlah Loket Apotek Kosong
Tak hanya itu, tambah Ketua Komisi V DPRA ini, saat ini yang sangat diperlukan di RSUDZA adalah Banker Oncology.
Karena jika itu belum ada, semua pasien kanker harus dirujuk ke Sumatera Utara atau Jakarta yang tentunya berat bagi pasien kurang mampu.
Selanjutnya, pelayanan terhadap pasien baik itu pada UGD dan ruang rawat inap, Komisi V DPRA melihat belum dilakukan secara maksimal.
Kondisi ini dapat dilihat dari pasien antre memerlukan waktu yang lama.
Komisi V DPRA mengharapkan, pihak manajemen segera berbenah dari pelayanan dan koordinasi dengan rumah sakit kabupaten/kota tentang pasien rujukan.
"Manajemen rumah sakit harus benar-benar melakukan pembenahan, guna memastikan seluruh layanan rumah sakit tetap akan berlangsung dengan baik," demikian Falevi Kirani.(*)
Baca juga: VIDEO - Mensos Risma Bantu Pasien Kanker Tulang Ganas di RSUDZA Banda Aceh