"Kalau di atas, itu dulu nangis dulu baru bisa nyemplung, kluarin dulu," katanya.
Seiring berjalannya waktu, rasa trauma Cut Meyriska terhadap pantai perlahan kian menghilang berkat suaminya, Roger.
Roger rupanya sangat menyukai aktivitas pantai salah satunya adalah diving, sehingga mau tidak mau Cut Meyriska mulai memberanikan diri bersentuhan dengan air laut.
Baca juga: Cut Meyriska Main Film Bersama Suami
"Tapi kan Roger demen banget diving, wah gue harus ngimbangin nih gitu," ucapnya.
Meski terkadang masih gugup dan pucat untuk bermain dengan air laut, namun Cut Meyriska sudah jauh lebih baik menghilangkan rasa traumanya daripada sebelumnya.
"Jadi kayak ya pucet banget gitulah, tapi karena dia (Roger) anak pantai banget, jadi hilang dikit-dikit," pungkas Cut Meyriska.
Cerita Cut Meyriska Saat Tsunami Aceh 2004, Pulang Nebeng Truk Pengangkut Mayat
Cut Meyriska menceritakan pengalaman traumatisnya saat menyaksikan kedahsyatan gelombang tsunami Aceh yang terjadi pada Desember 2004 lalu.
Rupanya tepat kejadian tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 silam, Cut Meyriska masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) kelas enam.
Saat itu istri Roger Danuarta ini tengah berlibur ke Kota Sabang, Provinsi Aceh, bersama saudaranya.
Pagi itu di, Cut Meyriska yang tengah mandi tiba-tiba merasakan gempa yang cukup kencang.
Cut Meyriska yang langsung berlari keluar dengan hanya berbalut handuk kala itu melihat air laut menggulung di depan matanya.
Beruntungnya, Cut Meyriska menginap di sebuah penginapan yang berada di dataran tinggi di puncak Kota Sabang. Cut Meyriska beserta suadaranya pun selamat dari gempa dan tsunami Aceh 2004.
Baca juga: Cut Meyriska, Tak Kerepotan Beli Pakaian Bayi
Diceritakan Cut Meyriska, seminggu setelah tsunami Aceh, ia dan sanak saudaranya dijemput menggunakan kapal menuju daratan Aceh.
Selama melintasi laut Sabang menuju Banda Aceh, mayat-mayat korban tsunami terlihat jelas mengapung di kanan kiri kapal.