KIBUMBA - Ribuan warga Kongo melarikan diri dari arena pertempuran yang sedang berlangsung antara tentara Kongo dan pemberontak.
Pada Selasa (25/1/2022), serangan dilakukan oleh Gerakan 23 Maret, atau M23, menargetkan posisi tentara Kongo di wilayah Rutshuru, tepat di utara kota Goma di Kongo timur.
Pihak berwenang mengkonfirmasi serangan itu.
Warga mengatakan melihat baku tembak dan mayat yang berserakan di tanah.
Sejak awal pekan ini, penduduk dari enam desa melarikan diri dari kekerasan.
Setidaknya 2.000 orang tinggal di tempat penampungan, seperti gereja, sekolah atau dengan keluarga angkat.
Wartawan AP, Sabtu (29/1/2022) mewawancarai sejumlah saksi mata yang melarikan diri ke Kibumba dan menemukan perlindungan di sebuah gereja lokal.
“Serangan dimulai di Nyesisi, Ngungo, Kanombe.
Ketika kami berada di lapangan pada hari Rabu, kami mendengar peluru di atas bukit dan kami melarikan diri,” kata Baseme Mashukano, seorang warga Nyesisi, salah satu dari enam desa yang terjebak baku tembak.
“Kami meninggalkan segalanya dan sekarang kami berada di sini di Kibumba.
Kami menghabiskan malam di gereja sementara yang lain tidur di luar, kami tidak punya apa-apa untuk dimakan, tidak ada makanan, tidak ada air atau obat-obatan," jelasnya.
Orang lain yang terlantar akibat konflik, Sarah Kasigwa, mengatakan kehilangan tiga anak dan suaminya di tengah kekacauan.
Baca juga: Bom Bunuh Diri Hantam Restoran Kongo, Enam Orang Tewas
Baca juga: Mengerikan, 21 Petugas WHO Terlibat Aksi Pelecehan Seksual Saat Tangani Wabah Ebola di Kongo
“Kami melihat beberapa orang mati” katanya.
“Kami tidur di sini, di sekolah ini, di tanah.
Hanya ada semen, tidak ada selimut, kami sangat menderita," ujarnya.
Tumaini Anouarite, seorang ibu berusia 32 tahun dari lima anak, mengatakan melihat tentara menembakkan peluru di perbukitan terdekat, dan baku tembak antara tentara dan pejuang M23.
Pada Jumat (28/1/2022), pasukan PBB dikerahkan di daerah tersebut.
M23, yang juga menyebut dirinya "Tentara Revolusioner Kongo", adalah mantan kelompok pemberontak Kongo yang didukung oleh Rwanda dan Uganda yang dikalahkan pada 2013.
Sejak November 2021, gerakan tersebut dituduh berada di balik beberapa serangan terhadap tentara.
Serangan itu terjadi di sekitar Taman Nasional Virunga, sebuah situs warisan dunia UNESCO, yang terkenal dengan populasi gorilanya yang besar. (ap/muh)
Baca juga: Insiden Terburuk Dalam 4 Tahun Terakhir, PBB Laporkan 55 Orang Tewas Dibantai di Kongo
Baca juga: Enam Polisi Hutan Tewas Ditembak, Diserang Kelompok Milisi Kongo