SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Rusia Vladimir Putin dinilai akan dapat digulingkan melalui kudeta militer.
Putin disebut sudah bertindak seperti seorang diktator dengan membungkam ribuan demonstran anti-invasi ke Ukraina di Rusia.
Dilansir Business Insider, Sabtu (12/3/2022), kudeta militer dan rakyat, serta perekonomian Rusia terus terpuruk, akibat sanksi berat dari AS dan Barat.
Kemudian, militer sedang berjuang dalam usahanya untuk menjatuhkan Ukraina, tetapi moral pasukan semakin jatuh.
Semua keluhan yang secara tradisional memotivasi kudeta terhadap seorang diktator, menurut seorang ahli rezim otoriter.
"Kemungkinan Putin digulingkan sekarang, jauh lebih tinggi daripada sebulan lalu," kata Adam Casey, seorang rekan postdoctoral di Weiser Center for Emerging Democracies di University of Michigan.
Tetapi, katanya, Putin telah menghabiskan dua dekade merancang mekanisme untuk melindungi dirinya dari penggulingan yang tidak resmi.
Baca juga: Media China, Venezuela dan Korut Dukung Presiden Vladimir Putin, Perang Ukraina Akibat Keangkuhan AS
Casey menjelaskan, tidak seorang pun harus menunggu dengan napas tertahan untuk pemerintahannya segera digulingkan.
Sementara itu, Google menelusuri 'Kudeta Putin' mencapai titik tertinggi selama minggu dari 27 Februari hingga 5 Maret 2022.
Minat terhadap prospek kudeta terhadap Putin berada pada titik tertinggi sepanjang masa, menurut pencarian online.
Data Google Trends menunjukkan penelusuran untuk "kudeta Putin" meroket setelah invasi ke Ukraina.
Dengan istilah penelusuran memuncak popularitasnya diwakili oleh 100 pada grafik.
Data menunjukkan orang terus mencari istilah tersebut dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Senator Lindsey Graham, seorang Republikan Carolina Selatan pada Kamis (9/3/2022) berbagi tweet blak-blakan yang mendorong pemecatan Putin:
"Satu-satunya cara ini berakhir adalah seseorang di Rusia membawa orang ini keluar," ujarnya.