SERAMBINEWS.COM - Semua umat muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Namun, ada beberapa orang yang juga harus mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari selagi berpuasa.
Lantas, bagaimana dengan pekerja berat seperti kuli bangunan yang harus bekerja di bawah teriknya matahari? Apakah mereka boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan?
Umat Islam kini telah memasuki akhir bulan Rajab yang menandakan bahwa puasa Ramadhan 2022 sebentar lagi akan tiba.
Sebelum memasuki puasa di bulan Ramadhan 2022, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui beberapa hal terkait hukum dalam menjalankan ibadah puasa.
Satu diantaranya ialah tentang bagaimana hukum pekerja berat di bulan Ramadhan, apakah boleh tidak berpuasa?
Baca juga: Jelang Ramadhan 2022, Kenali 9 Hal Ini Bisa Membatalkan Puasa, Apa Saja? Simak Penjelasan Buya Yahya
Terkait hal tersebut, Buya Yahya memberikan penjelasan.
Dilansir Serambinews.com dari laman resmi Buya Yahya pada Kamis (17/3/2022), pimpinan pondok pesantren LPD Al-Bahjah itu terlebih dulu menjelaskan soal satu diantara sembilan (9) kategori orang yang tidak boleh meninggalkan puasa yakni orang sakit dengan ketentuan-ketentuannya.
Namun dalam kategori tersebut juga disinggung soal orang-orang yang bekerja berat.
Menurut Buya, para pekerja berat tidak boleh meninggalkan puasa Ramadhan di saat dia benar-benar merasa berat dalam menjalankan puasa, dengan syarat:
1. Malam harinya harus tetap niat berpuasa lalu berpuasa di siang harinya sampai benar-benar sekiranya merasakan lemah, berat sekali atau tidak kuat, maka diperbolehkan berbuka dengan memakan atau meminum sekedarnya saja, sekiranya untuk membangkitkan tenaga.
"Nanti jika merasakan lagi kelemahan yang sangat, maka diperbolehkan lagi makan atau minum sekedarnya saja," papar Buya Yahya dikutip Serambinews.com dari laman buyayahya.org.
Baca juga: Jelang Ramadhan 2022, Ini 9 Orang yang Boleh Tidak Berpusa, Siapa Saja? Simak Penjelasan Buya Yahya
2. Dia wajib mengqadha hari yang ia batalkan puasanya tersebut setelah melewati hari raya.
Haram hukumnya jika pekerja berat tersebut sudah berbuka dari awal pagi atau tidak menjalankan puasa terlebih dahulu.
"Karena dalam hal ini dia bisa saja membatalkan pekerjaan. Semoga kita bisa meraih kemuliaan Ramadhan tahun ini. Amin. Wallahu a'lam bish-shawab," pungkas Buya Yahya.
Keguguran Saat Berpuasa, Apakah Puasa Batal atau Tetap Dilanjutkan? Berikut Penjelasan Buya Yahya
Keguguran saat berpuasa, apakah puasanya batal atau tetap dilanjutkan? Simak penjelasan Buya Yahya berikut ini.
Pada saat seseorang dalam keadaan hamil berpuasa di bulan Ramadhan. Tetapi tiba-tiba ia keguguran, bagaimanakah status puasanya? Apakah puasanya batal atau tetap dilanjutkan?
Umat Islam kini telah memasuki akhir bulan Rajab yang menandakan bahwa puasa Ramadhan sebentar lagi akan tiba.
Sebelum memasuki puasa di bulan Ramadhan, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui beberapa hal-hal yang dapat menyebabkan batalnya ibadah puasa.
Salah satunya keguguran saat sedang berpuasa.
Pada bulan Ramadhan, berpuasa adalah kewajiban bagi umat Islam selama satu bulan penuh.
Baca juga: Jelang Puasa 2022, Bolehkah Istri Memasturbasikan Suami di Siang Hari Ramadhan? Ini Kata Buya Yahya
Allah SWT mewajibkan puasa bagi orang yang mampu melakukannya.
Lantas, bagaimana jika seorang ibu hamil yang sedang berpuasa lalu tiba-tiba ia keguguran, apakah puasanya batal atau tetap dilanjutkan?
Terkait hal ini, Buya Yahya yang juga sebagai pengasuh LPD Al-Bahjah memberikan penjelasan terkait hukum puasa bagi ibu hamil yang tiba-tiba ia mengalami keguguran.
Kata Buya, ibu hamil yang apabila ia sedang berpuasa lalu ia keguguran, maka status puasanya adalah batal.
Begitu pula bagi wanita yang melahirkan disaat ia sedang berpuasa, maka puasanya juga batal.
Hal tersebut disampaikan Buya Yahya dalam buku Fiqih Praktis Puasa yang membahas 9 Hal yang Membatalkan Puasa dan 9 Orang yang Boleh tidak Berpuasa.
"Misal seorang ibu hamil sedang berpuasa tiba-tiba melahirkan di siang hari saat berpuasa, maka puasanya menjadi batal," kata Buya.
"Melahirkan adalah membatalkan puasa, baik itu mengeluarkan bayi atau mengeluarkan bakal bayi yang biasa disebut dengan keguguran," demikian penjelasan Buya Yahya dalam buku tersebut. (Serambinews.com/Firdha Ustin)
Baca juga berita lainnya
Baca juga: Minta Rawat Bayi 24 Jam, Wanita Muda Ini ‘Sogok’ Suaminya Pakai Lamborghini Seharga Rp 6,8 Miliar
Baca juga: Apresiasi Pelanggan di Aceh, Telkomsel Serahkan Hadiah Mobil melalui Program Undi Undi Hepi
Baca juga: BMKG Gelar Lomba Foto Tentang Fenomena Cuaca Bagi Masyarakat Aceh