Pihak berwenang setempat mengatakan 19.982 kasus baru, dengan 19.660 di antaranya tidak menunjukkan gejala, terdaftar di Shanghai pada Rabu (6/4/2022).
Itu membuat jumlah total kasus positif dalam wabah baru-baru ini yang dimulai bulan lalu menjadi lebih dari 100.000.
Baca juga: Kematian Akibat Covid-19 Meningkat, Hong Kong Kewalahan Tangani Jenazah yang Menumpuk
Warga Menjerit Minta Bantuan
Dikutip dari Tribunnews.com, strategi zero-Covid yang diterapkan China memicu kekacauan di Shanghai.
Dilaporkan NZ Herald, pasian Covid-19 kesulitan mendapatkan makanan dan air setelah dibawa ke pusat karantina terpusat.
Otoritas setempat kini memperluas lockdown kota berpenduduk 26 juta jiwa itu pada Selasa (5/4/2022).
Sebelumnya, Shanghai mengadopsi pendekatan lockdown bertahap.
Awalnya, sisi timur Sungai Huangpu dilockdown antara 28 Maret dan 1 April, kemudian sisi barat mengikuti selama empat hari.
Tetapi pendekatan itu tidak berhasil karena jumlah kasus terus meningkat.
Di bawah lockdown terbaru ini, warga tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka dengan alasan apa pun selain untuk dites Covid-19, Al Jazeera melaporkan.
Mereka juga harus bergantung pada pejabat kota untuk makanan dan persediaan dasar.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Korsel Kembali Melonjak, Kini Naik hingga Dua Kali Lipat
Video yang dibagikan di media sosial Weibo menunjukkan sejumlah orang memborong kebutuhan dasar setelah mereka dipindahkan ke fasilitas karantina.
Mereka ditempatkan di sebuah sekolah di distrik Nanhui.
Banyak yang mempertanyakan apakah sekolah itu cocok untuk menampung kasus virus corona.
"Pusat karantina di distrik Nanhui sangat kotor dan kacau. Apakah ini rumah sakit darurat untuk perawatan? Menurut saya lebih seperti tempat sampah," komentar salah satu pengguna media sosial dari video tersebut.