Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Simboling merupakan makanan yang diburu warga Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, pada bulan Puasa.
Makanan ini menjadi buruan saat bulan suci Ramadhan, lantaran dipercaya mampu redakan panas dalam yang biasa menghinggapi orang berpuasa.
Simboling merupakan bahasa lokal dari pucuk rotan muda. Rasanya pahit. Namun dengan pengolahan khusus rasa pahitnya jauh berkurang.
Untuk mengurangi rasa pahit, menyantapnya dicampur aneka sayuran plus teknik pengolahan dan bumbu khas ala warga Singkil.
Sayangnya simboling yang sudah siap saja, sulit ditemukan di pedagang penganan buka puasa. Pedagang umumnya menjual simboling yang masih mentah.
Untuk bisa menyantapnya harus pesan kepada warga Singkil, yang rata-rata akhli mengolah simboling. Salmi penduduk Teluk Ambun, Kecamatan Singkil, salah satu yang pintar memasak simboling.
Kamis (15/4/2022) sore Saya, bersama Vetor suami Salmi ditemani Ari berbelanja simboling di kawasan Desa Pemuka, masih dalam kecamatan Singkil. Dua ikat simboling dijual pedagang Rp 10 ribu.
Cukup murah untuk bahan baku makan yang diburu saat bulan puasa.
Di dapur rumahnya Salmi, telah menyiapkan irisan daun singkong, bunga pepaya, rimbang dan kacang panjang. Semua sayuran tersebut direbus hingga mateng.
Sementara simboling yang kami beli, terlebih dahulu dikupas kulitnya. Mengupasnya harus hati-hati lantaran kulit simboling dipenuhi duri.
Setelah itu simboling diiris, dicuci bersih lalu direbus ke dalam air mendidih. Perebusan simboling dipisah dari sayuran lain. "Rebusnya dipisah agar rasa pahitnya tidak campur ke sayuran," kata Salmi.
Perebusan yang dilakukan sekitar 10 menit itu, merupakan teknik menghilangkan rasa pahit dari simboling.
Setelah semua sayuran dan simboling direbus lalu ditiriskan. Tugas lain adalah menyipakan bumbu. Bumbunya jeruk nipis, irisan bawang merah dan serundeng.
Tak hanya itu, Salmi juga membuat sambal cabai merah dicampur bawang merah. Cabai dan bawang merah diuleg halus.