Kupi Beungoh

Ismail Rasyid; Kadin dan Masa Depan Perekonomian Aceh

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Teuku Murdani, Dosen pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Oleh: T. Murdani*)

KAMAR Dagang atau Kadin merupakan sebuah asosiasi pembisnis lokal untuk mempromosi dan melindungi kepentingan komunitas bisnis di tempat tertentu.

Setiap negara pasti memiliki asosiasi ini yang kemudian memiliki cabang di setiap daerah, seperti Kadin di Aceh.

Salah satu tujuan pembentukan kamar dagang adalah untuk bertukar pandangan, ide dan harapan di antara para investor lokal dan asing dengan pemerintah setempat.

Kadin merupakan lembaga swakelola yang memiliki tugas inti untuk menciptakan lingkungan bisnis yang tepat dan aman.

Di antara sejumlah tugas, Kadin memiliki tugas yang sangat strategis dalam mengembangkan ekonomi daerah.

Karena Kadin merupakan asosiasi yang harus membantu Pemerintah dalam perumusan undang-undang perdagangan, merumuskan undang-undang yang terkait dengan ekspor-impor, perbankan, asuransi, investasi, hubungan industrial, ekonomi, dll.

Kadin merupakan mitra pemerintah sekaligus pengawal dalam melahirkan kebijakan dan mengupayakan kondisi daerah agar memudahkan iklim berbisnis, serta mengawal setiap kebijakan pemerintah untuk memperbaiki undang-undang yang menghambat perkembangan bisnis daerah tersebut.

Di samping itu Kadin memiliki tugas yang sangat krusial terhadap kondisi pasar di suatu daerah yakni mempelajari pasar, mengumpulkan informasi, menerbitkan informasi tersebut untuk membantu anggota terkait dalam melakukan setiap kegiatan bisnis, sehingga Kadin menjadi poros perekonomian suatu daerah.

Tugas besar lainnya adalah menarik penanaman modal asing, di mana kamar dagang harus mampu memainkan peran penting dalam meningkatkan investasi asing ke pasar domestik, mendorong perusahaan asing untuk lebih banyak berinvestasi di wilayahnya.

Baca juga: Mualem Berharap Musprov Kadin Aceh Lahirkan Hasil Terbaik

Baca juga: Tiga Calon Ketua Umum Kadin Aceh Lolos Verifikasi, Jadwal Musprov Kembali Diundur

Untuk itu kamar dagang harus benar-benar beranggotakan pembisnis-pembisnis lokal yang memiliki visi dan misi untuk meningkatkan ekonomi lokal, serta memberdayakan semua anggotanya untuk meningkatkan kemampuan bisnisnya.

Pembisnis-pembisnis tersebut tentunya memiliki kemampuan untuk mengkonversi berbagai sumber daya alam dan manusia di daerah untuk dijadikan komoditi perdagangan yang nantinya akan meningkatkan perekonomian daerah.

Dengan demikian, ketika kamar dagang merayakan pembukaan bisnis baru, maka rakyat di sekitar tidak hanya ikut serta merayakan sebuah mimpi, tetapi mereka juga ikut bersyukur atas penciptaan lapangan kerja di komunitas mereka.

Bagi Kadin para pekerja tersebut merupakan kekuatan terbesar untuk perubahan kondisi perekonomian suatu daerah.

Dalam kondisi ini sangat jelas Kadin memiliki peran besar pembangunan ekonomi, menciptakan, dan mempertahankan pekerjaan di sebuah komunitas.

Walau dianggap terlalu berlebihan bisa dikatakan Kadin merupakan agen pembangunan ekonomi di suatu daerah dan banyak pemuda-pemudi yang sangat bergantung harapan terhadap program-program kerja kamar dagang.

Namun untuk mewujutkan kondisi dan harapan ideal tersebut bukanlah suatu pekerjaan mudah, terlebih lagi di Aceh yang merupakan wilayah bekas konflik dan dengan riwayat sejarah yang sangat kacau.

Walaupun, Aceh konon pernah berkiprah dalam perdagangan internasional, namun setelah revolusi sosial yang terjadi pada tahun 1945 perdagangan Aceh di kancah internasional berangsur-angsur hilang.

Semua pelabuhan yang dahulu pernah menjadi pusat perdagangan internasional mati dan hanya menjadi pelabuhan biasa.

Walaupun namanya tertera pelabuhan internasional tetapi aktivitasnya tidak labih dari pelabuhan lokal semata.

Untuk saat ini tidak ada satupun fasilitas publik ataupun swasta di Aceh yang bertaraf internasional, kecuali warung kopi.

Warung kopi pun hanya sebatas kompresor, cerita dan hayalan saja yang sangat besar tentang internasional, tetapi isinya hanya angin belaka dan tidak ada kelanjutan begitu keluar dari warung kopi.

Selama ini Pemerintah Aceh juga tidak begitu jauh berbeda dengan kompresor warung kopi, namun pada kenyataannya tidak satu investorpun mahu menanam modal di Aceh.

Cerita investor sudah sangat banyak, tetapi hasilnya hanya terjadi di alam mimpi.

Baca juga: Satu Calon Ketua Kadin Aceh Dirumorkan Gugur Karena Gunakan KTA Palsu, Begini Tanggapan Cek Mada

Baca juga: Tiga Calon Ketum Kadin Aceh Lolos Verifikasi Persyaratan, Panitia Terima Dana Kontribusi Rp 1,5 M

Melihat berbagai kondisi yang berkembang saat ini, maka ke depan Aceh sangat membutuhkan sosok pemimpin Kadin yang mampu bersinergi dengan pemerintah untuk pembangunan perekonomian Aceh.

Semua pihak sudah saatnya saling berevaluasi diri, dan memberikan kesempatan bagi yang dianggap lebih mampu untuk meminpin asosiasi tersebut di Aceh.

Munculnya nama Ismail Rasyid sebagai calon pemimpin Kadin ke depan menjadi sebuah pembeda dalam Musyawarah Daerah Kadin kali ini.

Karena sosok Ismail Rasyid merupakan sosok pembisnis yang bergerak dari zero to international level.

Ismail Rasyid memiliki kapasitas dan kemampuan yang berbeda Ketika mampu berbisnis pada level international di mana sudah lama kemampuan ini hilang di tanah Aceh.

Melihat track record Ismail Rasyid yang saat ini menjadi Chief Executive Office (CEO) PT. Trans Continent yang memiliki wilayah jelajah sampai ke Philipina dan Australia, menjadi sebuah pencapaian yang luar biasa untuk seorang putra Aceh dewasa ini.

Keberhasilan tersebut juga menunjukkan kemampuan berbisnis yang dimiliki yang tentunya tidak terhitung jatuh bangun yang pernah dialami.

Aceh membutuhkan sosok seperti ini, agar bisnis dan perkembangan perekonomian Aceh ke depan terjadi sedikit perubahan dari status konsumen menjadi produsen.

Bisnis yang dimiliki Ismail Rasyid saat ini akan dapat memfasilitasi UMKM di Aceh agar dapat memasarkan produknya baik di tingkat nasional dan internasional.

Kembalinya Ismail Rasyid ke Aceh dan mendirikan pusat kegiatan logistic PT. Trans Continent di Gampong Beurandeh, Aceh Besar, sedikit banyaknya telah memberikan lapangan kerja bagi sejumlah warga sekitar dan putra/putri Aceh lainnya.

Baca juga: Calon Ketua Kadin Aceh Ismail Rasyid akan Setor Kontribusi Rp 500 Juta, Harap Panitia Transparan

Baca juga: PT Trans Continent Datangkan Direktur di Kantor Perth, Kaji Peluang Bisnis Aceh - Australia

Baca juga: 2022 Annual Meeting Dubai, Nama Trans Continent Berkibar di JW Marriott Marquis Dubai

Mudah-mudahan dengan ide dan visi bisnis yang dimiliki seorang Ismail Rasyid akan menjadi titik bangkitnya bisnis dan perekonomian di Aceh.

Pada saatnya nanti akan membuka lapangan kerja bagi putra/putri Aceh, sehingga tidak perlu menjadi pendatang haram ke negeri jiran Malaysia hanya untuk mencari nafkah bagi keluarga.

Padahal Aceh merupakan daerah yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, tetapi sangat disayangkan karena kemampuan para elit seperti kompresor warung kopi, putra/putri nya harus merantau ke Malaysia walaupun dengan berbagai resiko yang selama ini kita baca di berbagai media.

Selamat berjuang Bang Ismail Rasyid, demi kemajuan bisnis dan perekonomian Aceh, kami mendukung anda. Bismillah….

* PENULIS adalah Dosen pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Berita Terkini