Kedalaman danau bervariasi, mulai dari 8,9 meter di bagian pinggir danau, sampai 51,13 meter di tengah danau atau 630 meter dari tepi.
Para ahli mencatat, terdapat 46 jenis plankton yang terbagi atas 11 kelas di Danau Laut Tawar.
Rinciannya, kelas Chlorophyceae sebesar 35 persen, Bacillariophyceae 24 persen , Myxophyceae 9 persen , dan kelas lain sebesar 32 persen, Hydrilla sp.
Eceng gondok, dan kiambang juga dapat ditemukan hidup di pinggiran danau.
Juga ditemukan 3 jenis moluska, 1 jenis annelida, 37 jenis ikan, dan 49 jenis serangga yang hidup di kawasan Danau Laut Tawar.
Untuk hewan yang hidup di sekitar danau, ditemukan 20 spesies mamalia yang terbagi atas 13 famili.
Beberapa di antaranya termasuk hewan yang dilindungi, antara lain binturung, pukas, trenggiling, landak, kancil, napu, owa, siamang, tanado, harimau, kucing hutan, rusa, dan kijang.
Lalu bagaimana asal muasal terbentuknya Danau Lut Tawar? Banyak yang beranggapan bahwa danau itu terbentuk dari kawah gunung berapi.
Benarkah? Geolog berdarah Gayo yang menetap di Bandung, Prof Fauzi Hasibuan, menyatakan bahwa Danau Lut Tawar terbentuk bukan dari kawah gunung merapi.
Melainkan terbentuk proses horst dan graben, merupakan hasil dari patahan pada kulit bumi yang mengalami depresi dan terletak di antara dua bagian.
Bagian yang lebih tinggi disebut dengan horst dan yang rendah disebut graben.
“Bukan akibat letusan gunung berapi, tapi patahan dari kulit bumi,” kata Prof Fauzi.
Fauzi Hasibuan menyarankan untuk memasukan bidang geologi dalam pemanfaatan dan pengembangan Danau Laut Tawar.
“Danau itu berasal dari susunan bebatuan, bukan dari gunung api atau kawah, tapi dari horst and graben.
Itu bukan batuan gunung api tapi metamorf,” ujarnya.