Berita Jakarta

Kisah Diaspora Aceh, Resign dari Perusahaan Karena Takut Riba Lalu Pilih Dagang Mi Aceh

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abudzar Ghifari (kanan), owner ‘Mi Aceh Ghifari’s Family’ di Mampang, Jakarta Selatan, berbagi cerita tentang keputusannya resign dari perusahaan karena takut riba, Jumat (26/8/2022).

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi beton dan kontruksi dengan markas di Jakarta.

Ketika pertama kali bergabung, Abudzar berposisi sebagai staf lapangan pada proyek kontruksi pada masa rehabilitasi dan rekontruksi Aceh pascatsunami 2004 silam.

“Saya bekerja di perusahaan itu selama 13 tahun.

Ketika awal bergabung pada tahun 2007, gaji saya masih sebesar Rp 1,9 juta per bulan,” ungkap Abudzar.

Hingga pada bulan Desember 2020, Abudzar memutuskan keluar dari perusahaan itu.

Saat itu, gajinya sudah berada di kisaran angka Rp 9 juta per bulan.

Jumlah itu sudah lebih dari cukup baginya untuk menafkahi keluarga, karena dia tidak harus mengontrak dan memiliki beberapa warisan yang menghasilkan, seperti rumah kost, toko, dan sawah di Aceh.

Baca juga: Kisah Diaspora Aceh – Teuku Makmur, Toke Beras Pemberantas Pengangguran di Kampung Halaman

Lalu apa yang membuatnya sampai resign dari perusahaan itu? “Saya ingin keluar dari zona nyaman,” kata Abudzar yang awalnya enggan menyinggung ketakutannya terhadap riba.

Baju kaos bertulis ‘Berani Bisnis Tanpa Riba’ yang dia pakai, serta sejumlah pesan moral dan ayat Alquran yang menghiasi dinding warungnya membuat saya bertanya lebih dalam.

Barulah Abudzar lebih terbuka dalam berbagi cerita ‘hijrahnya’.

Ia mengaku merasa bosan serta takut dengan rutinitasnya yang sudah dijalani bertahun-tahun sebagai staf yang mengurus kontrak, tagihan, simpanan, dan pinjaman keuangan perusahaan ke bank.

Ia semakin galau ketika dalam beberapa kesempatan pengajian yang dihadirinya, Ustaz membahas tentang betapa besarnya dosa riba.

“Saya merasa pekerjaan saya sehari-hari berurusan dengan yang mungkin dilarang oleh agama, ini mungkin ya.

Saya enggak tahu juga persisnya bagaimana, tapi saya merasa ada yang salah dengan pekerjaan saya,” ujarnya.

Semenjak aktif hadir ke pengajian, ia mulai merasa resah dan gelisah dengan pekerjaannya.

Halaman
1234

Berita Terkini