Dia merasa bersalah, jangan-jangan rezeki yang diperolehnya tidak berkah.
Apalagi dari pekerjaan itu dia menafkahi istri dan anak-anaknya.
“Sebenarnya urusan sama banknya tidak masalah, cuma transaksinya ini yang bermasalah,” ungkap Abudzar.
“Keragu-raguannya di wilayah transaksi ya,” tanya Asrizal H Asnawi, anggota DPR Aceh yang sedari tadi menyimak percakapan kami.
“Iya betul sekali,” ujar Abudzar.
Baca juga: Kisah Diaspora Aceh – Bang Jol Sahara Sang Legenda
Setahun sebelum memutuskan resign, Abudzar sebenarnya sempat meminta pindah bagian agar tidak lagi berhubungan dengan tagihan dan proyek-proyek perusahaan di bank.
“Hampir setiap hari selama delapan saya berurusan dengan bank.
Jadi saya ngotot minta pindah bagian.
Tapi karena saat itu sedang masa covid, ada pertimbangan-pertimbangan lain, akhirnya saya memutuskan resign,” lanjutnya.
Itu adalah keputusan besar dalam hidup Abudzar, ketika orang sangat butuh pekerjaan di masa pandemi, Abudzar malah resign dan dia tidak mendapatkan pesangon, melainkan hanya diberi uang pisah atas kebijaksanaan pemimpin perusahaan.
Bisnis kecil-kecilan
Saat kebimbangan itu datang, atau sebelum memutuskan resign dari perusahaan, Abudzar mencoba berbisnis kecil-kecilan, yakni sewa mobil untuk taksi online dan belakangan juga buka usaha ayam goreng dengan merek dagang Sabana dengan sistem franchise (bagi hasil).
Untuk usaha ayam Sabana, Abudzar membuka outlet, lebih tepatnya disebut gerobak, pertamanya di Pasar Pedok Tebet, seberang Pancoran.
Beberapa bulan kemudian, dia membeli gerobak kedua dengan wilayah penempatan di kawasan Cipinang.
Taksi online dan kedua outlet ayam Sabana ini dia percayakan pengelolaannya kepada orang lain.