Kupi Beungoh

Peluang dan Tantangan Pendidikan di Era Pj Gubernur Aceh

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mulyadi Nurdin, Lc, MH, Kepala BKPSDM Pidie/ Alumni Lemhannas RI/ Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Aceh tahun 2017-2018)

Untuk itu perlu meningkatkan skill lulusan yang dibutuhkan langsung oleh dunia kerja yang meliputi soft skills, hard skills, serta karakter yang sesuai kebutuhan industri.

Presiden Joko Widodo juga sudah menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi rakyat Indonesia, Menurut Jokowi, para mahasiswa dan siswa harus mampu mengenal dunia kerja sejak dini.

"Para siswa dan mahasiswa harus dikenalkan pada dunia kerja sejak dini. Minat anak di bidang sains, teknologi, seni, dan olahraga harus didukung dan diapresiasi," ucap Jokowi pidato Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2022, Selasa, (16/8/2022).

.Presiden juga menegaskan bahwa budi pekerti yang luhur, ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan patriotisme menjadi pilar utama.

Pemerataan Kualitas

Problem lain dalam pendidikan Aceh adalah kualitas yang belum merata antar daerah. Dapat dipastikan angka terbesar rendahnya mutu pendidikan berasal dari wilayah pedalaman. Ini terjadi karena kurangnya tenaga pendidik handal yang mau tinggal di pelosok-pelosok negeri.

Dalam proses rekrutmen pendidik selalu ada formasi ke daerah pedalaman, namun dalam perjalanan banyak dari tenaga tersebut pindah ke kota-kota, sehingga tenaga guru di pedalaman selalu kurang.

Menyikapi hal itu tentunya perlu langkah-langkah cepat dan realistis, selain pemerataan guru dan infrastruktur, hal lainnya adalah digitalisasi dan transformasi teknologi pendidikan.

Digitaslisasi pendidikan tidak lagi membatasi jarak antara gampong dan kota, dengan teknologi informasi semua dapat diakses oleh siswa walaupun berada di lokasi yang berbeda dengan guru.

Dengan teknologi bisa saja seorang guru yang tinggal di kota mengajar murid di pelosok gampong tanpa harus hadir secara fisik.

Baca juga: Update Harga BBM Terbaru dari Aceh Hingga Papua: Pertamax Rp 14.500, Pertamax Turbo Rp 15.900

Konsep work form anywhere menjadi salah satu alternatif dalam menangani kesenjangan kualitas pendidikan tersebut.

Dengan demikian dikotomi sekolah favorit dan tidak favorit dapat dihilangkan, karena seharusnya seluruh sekolah adalah favorit dan unggul, bukan hanya sekolah tertentu yang justru dapat memperbesar kesenjangan. 

Seluruh lembaga pendidikan dan stakeholders harus adaptasi dengan Teknologi digital, apalagi dengan revolusi industri 4.0 dan 5.0 yang berbasis jaringan, tidak ada lagi sekat geografi, sehingga menjadi solusi atas kesenjangan guru dan kualitas pendidikan.

Untuk mengukur kompetensi siswa seorang guru juga bisa melakukan secara online, dengan menyediakan soal-soal yang perlu dijawab di cloud server, dan nilainya dapat langsung disetting secara otomatis begitu siswa menjawabnya.

Berbagai kemudahan dalam teknologi dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan, malah jika belum memiliki anggaran bisa menggunakan layanan gratis seperti google doc, google drive, dan layanan free lainnya.

Baca juga: Mualem, Pemred Serambi Indonesia, Asrizal dan Belasan Tokoh Terima Penghargaan dari SUBA Malaysia

Halaman
1234

Berita Terkini