Berita Abdya

Nelayan Abdya Keluhkan Kenaikan Harga BBM, Kini Harus Keluar Uang Rp 100 Ribu Baru Bisa Melaut

Penulis: Taufik Zass
Editor: Nurul Hayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nelayan di PPI Ujong Serangga, Kecamatan Susoh sedang menaikan boatnya ke daerah setelah turun melaut, Kamis (08/09/2022).

"Dulu dengan modal Rp 80.000 kami sudah bisa turun ke laut. Namun pascanaiknya harga BBM, kami harus keluar modal untuk beli minyak Rp 100.000, baru bisa turun ke laut," ungkap Supriadi.

Laporan Taufik Zass | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM,BLANGPIDIE - Kebijakan Pemerintah Pusat menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat dirasakan dampaknya oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). 

Pasalnya, mereka harus mengeluarkan modal lebih untuk pergi melaut.

Supriadi (30), salah seorang nelayan di PPI Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, Abdya kepada Serambi Kamis (8/9/2022) mengungkapkan bahwa, saat ini nelayan harus mengeluarkan modal lebih untuk bisa turun ke laut pascanaiknya harga BBM. 

"Dulu dengan modal Rp 80.000 kami sudah bisa turun ke laut. Namun pascanaiknya harga BBM, kami harus keluar modal untuk beli minyak Rp 100.000, baru bisa turun ke laut," ungkap Supriadi.

Dengan modal Rp 100.000 tersebut, lanjutnya mereka hanya bisa bertahan di laut selama tujuh jam, yakni mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB atau dengan jarak tempuh sekitar 27 Mil dari bibir pantai.

 "Itupun sampai ke darat tanki minyak sudah kosong," jelasnya.

Menurut Supriadi, kebijakan Pemerintah menaikan harga BBM tersebut sangat memberatkan mereka para nelayan kecil.

Baca juga: VIDEO VIRAL Iring-Iringan Mobil Wapres Maruf Amin Diadang Mahasiswa Tolak Kenaikan BBM di Palembang

Hal itu karena menurutnya, hasil yang didapatkan kadang kala tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.

"Ada kalanya kami nngak dapat ikan, untuk berangkat ke laut lagi besoknya kami harus mengutang," ungkapnya.

Tak hanya itu, kenaikan BBM tersebut menurut Supriadi juga dibarengi dengan naiknya akomodasi lainnya.

 Seperti oli dan perlengkapan melaut ikut naik. 

"Jadi kenaikan BBM ini ikut berimbas ke yang lain, karena faktor biaya pengangkutan yang naik," ungkapnya.

Menurutnya, keputusan Pemerintah menaikan harga BBM sangat tidak berpihak kepada rakyat.

Sebab, dengan naiknya harga BBM tersebut akan berdampak naiknya kebutuhan lain.

"Karenanya, kami berharap Presiden mencabut keputusan tersebut," pungkasnya.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia resmi menaikkan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB. 

Kenaikan itu juga langsung dibacakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Tiga jenis BBM yang mengalami kenaikan itu antara lain, Pertalite, dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter

BBM jenis Solar Subsidi dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. 

Kemudian, Pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 per liter, menjadi Rp 14.500 per liter.(*)

Baca juga: BREAKING NEWS - Ratusan Mahasiswa Demo Tolak Kenaikan BBM ke DPRK Langsa

 

Berita Terkini