BANDA ACEH - Ketua Aceh Peduli Air Susu Ibu (APA), dr Aslinar SpA MBiomed mengatakan, air susu ibu (ASI) itu adalah anugerah.
ASI makanan yang tidak tergantikan oleh apa pun, termasuk susu formula.
“ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan bayi.
Kolostrum bermanfaat sebagai antibodi yang sangat penting untuk melindungi si kecil dari infeksi dan alergi.
Menyusui juga berguna bagi ibu, antara lain, dapat mencegahnya dari risiko osteoporosis, kanker payudara, dan kanker serviks,” kata dr Aslinar pada talkshow dengan tema “Benarkah Dokter dan Bidan Terlibat Pemasaran Susu Formula?" di Radio Serambi FM 90.20, Selasa (4/10/2022) petang.
Selain dr Aslinar, talkshow itu juga menghadirkan Safnita Hamzah SST MKes dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Aceh dan dr Natassya Phebe selaku Nutrition Officer Unicef Perwakilan Aceh.
Talkshow yang dipandu Wartawan Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika, itu terselenggara atas kerja sama Unicef Perwakilan Aceh dan Flower Aceh sebagai mitra pelaksana, APA, dan IBI Aceh.
Menurut Aslinar, menyusui itu juga perintah Allah sebagaimana Surah Al-Baqarah ayat 233, di mana seorang ibu diperintah untuk menyusui bayinya hingga dua tahun.
Menyusui itu, lanjut Aslinar, juga bermanfaat secara ekonomis.
Baca juga: Benarkah Anggapan Puasa Bikin Produksi Air Susu Ibu Menurun? Begini Penjelasan Dokter
Baca juga: Air Susu Ibu Dapat Cegah dan Obati Virus Corona, Temuan Terbaru Ilmuwan China
Ayah bayi tak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli susu formula (sufor) sebelum waktunya.
Aslinar juga mengingatkan ibu hamil jangan sampai terpengaruh oleh bujuk rayu produsen, distributor, sales, juga tenaga medis, klinik, dan rumah sakit yang menawarkan sufor sebagai pengganti ASI sebelum waktunya.
“Ibu yang baru melahirkan harus menolak susu formula untuk bayinya.
Pihak produsen, termasuk tenaga medis, dilarang mempromosikan dan memberikan sufor yang dapat menghambat pemberian ASI,” tegas Aslinar.
Pemberian sufor kepada bayi baru lahir, kata Aslinar, tetap dilarang, kecuali atas indikasi medis.
Misalnya, ibu si bayi mengidap HIV.
Atau si bayi punya kelainan/penyakit tertentu yang tak boleh diberikan ASI.
“Itu pun harus diresepkan oleh dokter dengan pertimbangan pemberian sufor sebagai obat.
Setelah bayi sehat atau berat badannya sudah normal, maka pemberian ASI harus dilanjutkan,“ kata Aslinar.
Sebagai dokter praktik, ia akui banyak dokter yang dirayu oleh sales obat atau sales sufor untuk meresepkan sufor merek tertentu kepada pasien yang baru melahirkan.
Tapi, sebagai dokter yang tahu aturan bahwa tindakan itu melanggara code internasional yang dikeluarkan WHO dan Unicef , maka Aslinar tidak pernah terpengaruh.
“Godaan banyak, tapi iman kita harus tebal agar tidak terpengaruh,” kata Aslinar.
Safnita Hamzah MKes juga mengakui bahwa ajakan dari pemasar sufor seringnya sangat menggiurkan, bahkan bisa-bisa sampai menggoyahkan iman.
“Namun, IBI sudah menggaungkan bahwa memberikan sufor kepada bayi sebelum waktunya itu tidak boleh.
Bidan harus bekerja memberikan yang terbaik bagi generasi pelanjut bangsa.
Jangan hanya mikir keuntungan pribadi,” katanya.
Ia tambahkan bahwa ASI itu lebih terbaik, lebih praktis, dan tinggal kasih saja saat bayi butuh, meskipun tengah malam.
“Kita selalu mempromosikan bahwa ASI-lah yang terbaik, bukan sufor, dan ASI itu tak ada tandingannya,” imbuh Safnita.
Sementara itu, dr Natassya Phebe menyebutkan sejumlah regulasi melarang pemberian sufor yang dapat menghambat pemberian ASI.
Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Selain itu ada lagi Permenkes Nomor 15 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Nakes, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi Profesi di Bidang Kesehatan, serta Produsen dan Distributor Susu Formula Bayi dan/atau Produk Bayi Lainnya yang Dapat Menghambat Keberhasilan Program Pemberian ASI Ekskusif.
“Nah, sebetulnya regulasinya sudah ada.
Tapi mungkin ada pihak yang belum tahu, lalu melanggarnya.
Pemasaran sufor tidak dilarang, tapi bagaimana mempromosikannya dengan cara yang tepat agar ibu hamil atau ibu menyusui tidak jadi korban,” ujarnya.
“ASI itu tidak tergantikan, makanya harus diutamakan,” tegas Tasya. (dik)
Baca juga: Ingin Tubuh Tetap Sehat, Konsumsi Susu, Ternyata Bisa Rasakan Manfaat Ini
Baca juga: Stok ASI Aurel untuk Baby Ameena Penuh Satu Kulkas, Ibu Atta Halilintar Terkejut : Lihat Pabrik Susu