Berita Kutaraja

Film Fiksi Yasmin dan Animasi Tentang Sultan Iskandar Muda Diputar di SMKN 5 Telkom Banda Aceh

Penulis: Masrizal Bin Zairi
Editor: Saifullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh berfoto bersama usai mengikuti kegiatan pemutaran film dan diskusi yang dilaksanakan Yayasan Aceh Bergerak di aula sekolah tersebut, Sabtu (11/2/2023).

Kegiatan seperti ini, sangat sejalan dengan semangat Pemerintah Aceh khususnya Dinas Koperasi Dan UMKM Aceh yang konsen mengembangkan dunia digitalisasi dan multimedia untuk UMKM. 

“Kegiatannya bagus, apalagi yang kita sasar anak-anak muda, kemudian kalau kita melihat tema film itukan lebih ke tema edukasi,” urainya.

“Bagaimana bahwa budaya kita tentu bisa dipertahankan, kemudian orang Aceh sebenarnya punya talent film yang banyak,” kata Aswar, Kabid Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi, Dinas Koperasi dan UMKM Aceh. 

Aswar menjelaskan, bahwa posisi UMKM dengan sineas bagaikan dua mata uang. Apabila UMKM ingin naik kelas, tentu memerlukan sineas, karena produk-produk UMKM itu dikemas secara digitalisasi.

“Ini akan menjadi program baru yang akan dijalankan Pemerintah Aceh dengan memanfaatkan teknologi multimedia,” ungkap dia. 

Kegiatan pemutaran film tersebut merupakan program Road Show Pemutaran Film dan Diskusi yang digagas Yayasan Aceh Bergerak.

Kegiatan tersebut berkerja sama dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, LPDP, dan Dana Indonesiana. 

Ketua Program Sinema Mikro, Keumala Andayani menjelaskan, pihaknya mendapatkan dukungan untuk membeli beberapa alat seperti proyektor, sound system, serta layar, untuk melakukan pemutaran film keliling.

Kalau dari Aceh Bergerak sendiri, bebernya, mengambil konsep pemutaran di dua lokasi yakni Banda Aceh dan Aceh Besar.

“Sekarang ini kita sudah jalan 50 persen atau sudah tiga titik lokasi pemutaran,” sebut Keumala.

“Sisanya bakalan kita putar di Gampong Nusa, wilayah kampus dan di komunitas sesama pegiat film di Kota Banda Aceh,” ulas Keumala Andayani yang akrap disapa Kekem. 

Kekem menyebutkan, sejak awal pihaknya menyasar berbagai kalangan, baik kalangan pesantren, siswa, hingga mahasiswa, serta warga.

“Berdasarkan dari pemutaran film yang pertama, kedua, dan ketiga, antusias masyarakatnya sangat bagus,” terang dia.

Kita juga menggratiskan, tapi ada beberapa masyarakat yang justru bertanya apakah berbayar atau tidak, itu menunjukkan masyarakat sangat antusias menonton  film karya anak Aceh,” papar Kekem. 

“Di Aceh sendiri kan, kita tidak punya bioskop, saya rasa masyarakat Aceh juga punya keinginan yang cukup besar untuk sekedar menonton, seperti masyarakat di luar Aceh,” tukasnya.

“Jadi ini adalah salah satu bentuk dari komunitas film untuk menyediakan wadah kepada masyarakat supaya bisa menikmati film,” tutup Kekem.(*)

Berita Terkini