"Psikologi mereka hancur dan mereka berkata: 'Kami tidak ingin hidup seperti ini. Saya ingin kamar saya. Saya ingin mainan saya. Saya ingin tinggal di rumah saya."
"Kami berhasil menemukan cara untuk menghibur mereka," tambahnya.
Rumah sakit telah melaporkan semakin banyak pasien untuk gangguan stress pasca-trauma setelah kewalahan dengan luka segera setelah gempa.
Rumah Parlakgun setidaknya masih berdiri.
“Sebagian besar barang kami rusak,” katanya.
"Ada yang hancur tapi alhamdulillah rumah dalam keadaan baik dan pelan-pelan, sedikit demi sedikit kami bersihkan," ujarnya.
Pertama kali dia masuk ke rumahnya setelah gempa dia mencari selimut untuk anak-anaknya, katanya.
"Pikiran pertama di benak saya adalah mereka," ujarnya.
Baca juga: Malek Ibrahim Pria Korban Gempa Suriah Kehilangan 30 Anggota Keluarganya, Baru Ketemu 10 Orang
"Kami mencoba bertahan untuk mereka, karena mereka adalah harapan kami," tambahnya.
"Kami terbiasa menonton gempa bumi dan bencana serupa di TV," ungkapnya.
"Tetapi kami tidak pernah membayangkan akan mengalami hal ini suatu hari nanti," jelasnya.(*)