Misi Kemanusian untuk Turkiye

Bagian 1- Turkiye, Kamu tidak Sendiri

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim kemanusiaan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sesaat menjelang terbang ke Istanbul, Turkey, dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (15/2/2023).

Lelaki ini terlihat terharu mendengar niat kami hendak membantu korban gempa di tanah kelahirannya.

Pak Mustafa ini memang kelahiran Kahramanmaras. Abang kandungnya pun masih berada di Kahramanmaras.

Saat jumpa di Jakarta, Pak Mustafa Cakallioglu bercerita banyak tentang asal nama Kahramanmaras.

Pada awalnya provinsi ini dikenal sebagai "Markasi" atau "Maraj".

Provinsi ini memiliki masa lalu yang penuh dengan berbagai invasi, tetapi selalu mereka dapat melawan invasi tersebut, bahkan dengan kekuatan sendiri.

Kahramanmaras pernah menjadi ibu kota Gurgum, Negara Het di abad ke-12 SM.

Bangsa Romawi menyebut kota itu sebagai Germanicia selama abad ke-1 M, dan Ottoman menamainya sebagai "Mer'as" di kemudian hari.

Provinsi yang bernama asli Maras ini pernah menunjukkan kegagahannya pada masa Perang Kemerdekaan hingga kemudian diberi gelar "Kahraman", yang berarti "Pahlawan" dalam bahasa Turkiye.

Saat ini, Kahramanmaras adalah kota terbesar ke-11 di Turkiye, dengan ketinggian 568 meter di atas permukaan laut di pusat kota.

Populasinya sedikit lebih dari 1 juta orang.

Jumlah penduduk itu terbagi hampir sama antara kota dan desanya.

Dibutuhkan waktu 2,5 jam perjalanan darat dari Adana yang merupakan lokasi posko tim IDI Wilayah Aceh ke Kahramanmaras.

Suasana sedikit berbeda ketika kami tiba di Bandara Sabiha Gocken.

Terlihat banyak mata tertuju ke rombongan kamI yang kebetulan memakai seragam tebal untuk menahan dingin Istanbul yang saat itu berada di atas 5 derajat Celsius.

Sangat jelas terlihat bahwa mereka sangat respek dan senang ketika orang asing datang membantu korban gempa di negaranya.

Halaman
1234

Berita Terkini