Berita Pidie

Menelusuri Jejak Sejarah Emping Melinjo di Pidie hingga Lahirnya Tugu Raksana 'Aneuk Mulieng'

Penulis: Idris Ismail
Editor: Nur Nihayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tugu Mulieng yang berada di persimpangan Mulieng Kota Sigli, Pidie, direkam beberapa waktu lalu saat ruas jalan dilanda banjir. SERAMBINEWS.COM/IDRIS ISMAIL

Karena penyebutan dialek bahasa China tak mampu menyebutkan Meulinjo dan menyebutkan Malinjo.

Sehingga menjadilah sebutan Malinjo ini menjadi ikon sebutanan nama Malinjo menjadi Meulinjo. 'Ini adalah dialek warga Tionghoa Kota Sigli.

Ini menjadi dasar sebutan Meilinjo dari pohon Meuling menajdi Meulinjo,"jelasnya.

Disebutkan juga, dierah 1965 sampai 1970 emping telah memiliki produk yang sama (emping melinjo) di kawasan kecamatan Mutiara terutama Beureu eh dan Adan.

Patut digarus bawahi juga bahwa usaha kerajinan emping melinjo memiliki jasa besar untuk menghidupkan biaya keluarga, menyelesaikan pendidikan anak.

Artinya, lewat palu, papan dan penyulik emping telah melahirkan ribuan sarjana warga Pidie.

Karenanya dengan hadir tugu Meulinjo di Simpang Empat Kota Sigli menjadi sebuah Rahmad dalam mengilhami ikonnya masyarakat Pidie dari sektor biji melinjo tersebut.

Persoalan mahalnya tugu bagi sebuah Marwah Daerah tidaklah menjadi persoalan. Sebab, harga diri itu jauh lebih mahal dari hitungan finansial.

Menurut M Dahlan, hanya saja pemerintah Kabupaten Pidie untuk melestarikan kembali tanaman melinjo lewat program reboisasi sebagaimana disaat pemerintahan Bupati Pidie, Ir Abdullah Yahya MS dengan program penanaman sejuta batang bibit Meuling .

'Ini yang harus digugah kembali oleh pemerintah untuk membumikan Tanan melinjo diberbagai pelosok gampong sebagai tanaman 'Pundi' penghasil uang dalam memakmurkan rakyat Pidie,"ungkapnya. (*)

Berita Terkini