hanya membeli secukupnya saja, bahkan terkadang meng-gantikannya dengan menu yang sejenisnya seperti ikan kaleng atau telur.
Pertumbuhan ekonomi ma-syarakat khususnya di Ma-tangglumpang Dua menga-lami penurunan. Hampir di setiap toko yang kami tanya-kan semuanya merasakan fase awal dari dampak krisis ekonomi. Hal ini menyebab-kan daya beli masyarakat ber-kurang, sedangkan pemilik toko terus berusaha meleng-kapi barang-barang sesuai ke-butuhan masyarakat. Ini men-jadi dilema bagi mereka.
Menurut pemilik salah satu toko grosir yang tak ingin di-sebutkan namanya, dampak krisis ekonomi memang su-dah terlihat, tetapi karena dia menjual kebutuhan pokok se-hari-hari tentunya telah ra-mai pelanggan tetapnya. Me-reka datang dari beberapa desa dalam Kecamatan Peu-sangan dan sekitarnya. Hanya saja perbedaannya pelanggan biasanya membeli satu ka-rung beras, tetapi saat ini me-reka memilih menurut takar-an bambu. Kebutuhan pokok menjelang Ramadhan juga te-lah mereka persiapkan.
Berdasarkan pantauan di pasar Matangglumpang Dua, harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan seperti beras 15 kg seharga Rp187.000, sedangkan cabai merah Rp40.000 per kg, bawang merah Rp48.000. “Bila diban-dingkan dengan beberapa bulan lalu barang-barang yang kami jual lebih murah saat ini, tetapi daya beli masyara-kat menurun,” ungkap Agus, pemilik toko kelontong, di su-dut pasar.
Menjelang Idulfitri toko pakaian sudah bersiap-siap menjual kebutuhan baju baru, tetapi mereka juga merasa-kan dampak dari krisis ekono-mi sehingga tak berani menja-min akan menjual baju baru dalam jumlah banyak.
Daya beli masyarakat juga dipengaruhi oleh harga, seba-gaimana sampaikan oleh salah seorang penjual pakaian di Jalan Sinar Peusangan. Dia tidak dapat menjual pakaian dengan harga tinggi, padahal modal yang dikeluarkannya sudah cukup banyak. Mereka tersaingi oleh toko yang men-jual serba Rp 35.000.
Kehidupan masyarakat saat ini bukan lagi meman-dang gaya hidup, melainkan sekadar memenuhi kebutuh-an. Keadaan ini jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, sebagaimana cerita seorang pengelola toko kue dan kebu-tuhan pokok yang begitu terkenal pada masanya. Dulu, omset yang didapatnya per hari rata-rata Rp2.000.000, tetapi saat ini ± Rp200.000.
Menurutnya, sulit untuk bertahan, tetapi karena tun-tutan untuk memenuhi kebu-tuhan keluarga sendiri ser-ta menjaga hubungan dengan para pelanggan, sementara ini tetap saja berjualan dengan harapan semoga menje-lang Ramadhan harga-harga normal kembali.
Krisis ekonomi dalam masyarakat mulai terasa, banyak pembangunan rumah terhenti karena harga material yang mahal. Ada juga keluarga yang terpaksa membiarlan anaknya bekerja menjadi kuli bangunan walaupun usianya masih di ba-wah umur demi memenuhi ke-butuhan keluarga sehari-hari, belum lagi ongkos dan uang jajan untuk pergi ke sekolah. Kondisi ini sungguh menyayat hati dan semoga segera berla-lu.<chairulb06@gmail.com>