Ada lagi 2 guci kecil, 11 cincin, 7 piring, 8 subang, tas emas berbentuk persegi, gagang keris atau mungkin hiasan pucuk payung, manik-manik, dan uang logam emas berbentuk seperti biji jagung.
Semua temuan ini jadi koleksi Museum Nasional di Jakarta.
Tanpa ragu, Marno mengungkap sejumlah keganjilan yang menyertai penemuan harta karun zaman Mdang.
"Dulu, mana berani orang cerita. Para penemu seperti tak habis-habisnya diinterogasi," aku Marno.
Beruntung, sebagai anggota termuda, Marno tak banyak didatangi polisi dan tentara.
"Lima orang yang seperti tanpa henti ditanyai. Mereka memastikan tidak ada yang menyimpan atau menyembunyikan temuan," lanjutnya.
Enam orang penemu harta karun emas Wonoboyo terdiri atas Witomoharjo, Dadi, Surip, Dodo, Marno, dan Hadi Sihono.
Di antara mereka, Witomoharjo sebagai orang tertua, dan Hadi Sihono sudah meninggal.
Menurut Marno, semua temuan di lahan Cipto Suwarno yang dikeruk tanahnya untuk urugan itu diangkut ke Balai Desa Wonoboyo, sebelum kemudian dibawa ke kantor purbakala.
"Setelah itu kita tidak tahu gimana-gimananya. Hanya saat pertama kali nemu, lihat barangnya warna kuning. Kita tidak menyangka itu emas murni," katanya.
Bagi Marno, yang paling membikin penasaran sampai sekarang, para penemu dan pemilik sawah mendapat hadiah yang nilainya spektakuler juga untuk ukuran saat itu.
Baca juga: Harta Karun Celtic Hilang, Pencuri Gasak Koin Emas Kuno 100 Tahun Sebelum Masehi dari Museum Jerman
"Totalnya terima 500 juta, dibagi dua untuk pemilik sawah dan penemu," katanya. "Kami masing- masing dapat bagian 38 juta rupiah, dan pemilik sawah 239 juta rupiah. Itu jumlah yang sangat fantastis," urai Marno.
"Nilai segitu, pada masa 90an, bagi saya, juga mungkin bagi umum, luar biasa banyak. Waktu itu saya sampai berpikir uang ini mungkin tidak akan habis," lanjut Marno yang menerima tanda penyerahan uang di kantor BNI Cabang Yogya di kawasan Titik Nol Kilometer.
Sesudah itu uang ditransfer ke BPD Jateng. sebelum dia pindahkan ke BRI Kraguman Klaten.
"Saya ambil tunai di BPD, ada tiga kantong kresek besar, lalu saya setor ke BRI," katanya sembari menyebut pecahan terbesar waktu itu Rp 20 ribu.