Kisah Keluarga Hidup di Hutan Yogyakarta, Pilih Bertahan di Kampung Mati, Tak Punya Tetangga

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Septi dan orangtuanya tinggal menyendiri di Kampung Mati Suci Yogyakarta, kampung di tengah hutan ini ditinggalkan warganya.

"Saya sudah 24 tahun tinggal di sini ( Kampung Suci)," kata Sumiran melanjutkan ceritanya.

Septi dan orangtuanya tinggal menyendiri di Kampung Mati Suci Yogyakarta, kampung di tengah hutan ini ditinggalkan warganya. (Kolase Youtube/Jejak Bang Ibra)

Ayah satu orang anak ini bercerita, sepinya kampung suci ini lantaran warganya memilih pindah ke perkampungan yang lebih ramai.

Salah satu penyebabnya lantaran akses jalan yang sulit dijangkau.

"Sudah 4 tahunan warga meninggalkan Kampung Suci. Tinggal saya yang bertahan di sini," tutur Sumiran.

Dikawasan Kampung Suci ini ternyata bukan hanya rumah Sumiran yang masih berdiri kokoh.

Namun, ada rumah warga lainnya yang jaraknya pun lumayan jauh dari rumah Sumiran.

Meski begitu, rumah tersebut pun sudah tak berpenghuni karena pemiliknya telah pindah rumah.

"Ada satu lagi rumahnya kosong, untuk rumah yang lainnya sudah tidak ada. karena sudah dijual oleh pemiliknya," kata Sumiran.

Rumah yang dihuni Sumiran dan keluarganya terbilang sangat sederhana.

Bagian dindingnya terbuat dari kayu dan lantainya masih tanah, rumah tersebut terlihat cukup luas.

Di sekelilingnya tampak pepohonan dan kebun bekas rumah warga yang ditinggalkan.

Septi, siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalanan jauh hampir 3 km untuk bisa bersekolah. ()

Sekolah Jalan kaki 3 Kilometer

Septi, anak Sumiran dan Sugiati tetap bersekolah meski harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Sebab, ia harus menembus hutan dan melintasi jalan setapak dan berbukit untuk tiba di sekolahnya.

Siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalan lebih dari satu kilometer setiap harinya untuk bisa bersekolah.

Halaman
1234

Berita Terkini