"Jembatannya sudah mau rusak, aku takut, tapi ya aku pilih hati-hati saja," kata Septi dengan riang.
Meski hanya tinggal bertiga saja dengan ayah dan ibunya, namun Septi mengaku nyaman.
"Tinggal di hutan seneng, aku bisa jaga hewanku. Anjing, kucing, ayam," katanya bercerita.
Sepulang sekolah, Septi biasanya makan masakan ibunya.
Masakan kesukaan Septi pun sangat sederhana, yakni nasi dan tempe bacem.
"Karena di gunung sulit kan untuk cari lauk, jadi dia makan sama tempe, kadang kecap," kata Sumiati.
Meski makan dengan lauk seadanya, Septi pun tetap ceria.
Apalagi ia sesekali bercanda dengan hewan peliharaannya yang berkeliaran di dapur.
"Kalau makan sering digangguin sama ayam dan kucing," kata Septi sambil melahap nasi dan tempe bacemnya.
(TribunNewsBogor/ Damanhuri)
Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com dengan judul HIDUP Menyendiri di Hutan Yogyakarta, Septi & Keluarga Bertahan di Kampung Mati, Tak Punya Tetangga
Baca juga: VIRAL Pesta Khitan 3 Kucing di Banyuwangi, Berawal Nazar, Habiskan Biaya Puluhan Juta Rupiah
Baca juga: Puluhan Murid SD 9 Makmur Bireuen Kunjungi Museum Islam Samudera Pase
Baca juga: Mantan Ketua DPRK Bireuen dan Ketua Banggar Diperiksa Jaksa, Terkait Kasus Penyertaan Modal BPRS