Berita Subulussalam

Hari Ini, 16 Tahun Lalu, Wali Kota Pertama Subulussalam Asmauddin Dilantik, Begini Sejarahnya

Penulis: Khalidin
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

H Asmauddin SE, Wali Kota Subulussalam pertama dan Lambang Kota Subulussalam

Adalah H Asmauddin SE, sosok menjadi wali kota Pertama Subulussalam dalam pelantikan yang digelar, Jumat (15/6/2007) di Anjong Mon Mata Banda Aceh.

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Hari ini, Kamis (15/6/2023) genap 16 tahun Kota Subulussalam memiliki wali kota setelah dimekarkan, 2 Januari 2007 dari Kabupaten Aceh Singkil. 

Adalah H Asmauddin SE, sosok menjadi wali kota Pertama Subulussalam dalam pelantikan yang digelar, Jumat (15/6/2007) di Anjong Mon Mata Banda Aceh.

Sejatinya, peresmian Pemko Subulussalam sekaligus pelantikan Pj Wali Kota Subulussalam dilakukan Menteri Dalam Negeri M Ma`ruf, namun kala itu dia masih dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat, akibat penyumbatan pembuluh darah, Senin (2/4/2007).

Atas hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY di Jakarta akhirnya menunjuk Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo AS sebagai pejabat ad interim.

Peresmian Kota Subulussalam sekaligus pelantikan wali kotanya merupakan penantian panjang masyarakat yang berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat dan Aceh Singkil itu.

Pasalnya, prosesi pelantikan dan peresmian Pemko Subulussalam yang resmi mekar 2 Januari 2007 oleh Mendagri atas nama Presiden RI sempat tertunda beberapa kali. 

Baca juga: Aceh Singkil Tuan Rumah Lomba Perkemahan Pramuka Pesantren, Ustadz Abdul Somad Diagendakan Hadir

Menurut Karo Pemerintahan Nanggroe Aceh Darussalam, T Narensyah Msi (2007), tertundanya peresmian dan pelantikan Pj Wali Kota Subulussalam itu hanya karena masalah teknis, bukan karena masalah lain.

Kota Subulussalam resmi dimekarkan 2 Januari 2007 setelah melalui berbagai perjuangan yang sangat panjang dengan dilandasi oleh semangat menghargai dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Subulussalam dimekarkan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2007 atau ± 5 Tahun sejak muncul tuntutan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil tahun 2002.

Selama setahun memimpin Kota Subulussalam, Asmauddin pun akhirnya digantikan Marthin Desky yang saat itu sebagai Asisten I Setdaprov Aceh. 

Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf melantik Marthin Deski, sebagai Penjabat (Pj) Wali Kota Subulussalam, Senin (30/6/2008). 

Asmauddin diganti dari Pj Wali Kota Subulussalam lantaran ikut bertarung dalam pilkada perdana kota dengan semboyan Sada Kata tersebut.

Baca juga: Jungle Tracking ke Puncak Gunung Para Raja, Jadi Agenda Festival Pulau Banyak  Aceh Singkil 2023

Di pilkada perdana Kota Subulussalam, Asmauddin menggandeng Drs Salmaza (Wakil Wali Kota Subulussalam) sebagai pasangan dan mendapat nomor urut 5. 

Pasangan ini disingkat Assalam bertarung dengan Merah Sakti/Affan Alfian Bintang dengan nomor urut 1 dan kala itu disingkat dengan Sabit alias Sakti-Bintang. 

Namun, pilkada yang berlangsung dua putaran dan sempat berujung ke Mahkamah Konstitusi (MK) dimenangkan pasangan Sabit atau Sakti-Bintang.

Kalah di pilkada membuat Asmauddin berseberangan politik dengan wali kota terpilih sehingga harus hijrah ke Aceh Singkil. 

Beruntung, di Aceh Singkil almarhum H Makmursyah Putra yang kala itu menjabat bupati mengangkat Asmauddin sebagai Kepala Dinas Pertanian. 

Selanjutnya, tahun 2012 Asmauddin kembali mencoba peruntungan untuk bertarung merebut kursi nomor 1 di Kota Subulussalam dalam pilkada kedua. 

Baca juga: Gelar Aksi di DPRA, Massa Dukung Achmad Marzuki Lanjut Jadi Pj Gubernur Aceh

Dia pun berganti pasangannya ke Salihin Berutu lantaran Salmaza sudah digaet Merah Sakti.

Lagi-lagi, Asmauddin bertarung sengit sengit dengan Merah Sakti selaku petahana. Keberuntungan belum memihak Asmauddin karena dia hanya mampu meraih posisi ketiga setelah pasangan Affan Alfian Bintang/Pianti Mala. 

Pilkada 2013 dimenangkan pasangan Merah Sakti/Salmaza atau dikenal Saza. Beberapa bulan pascapilkada di Subulussalam Asmauddin mendapat posisi jabatan strategis di Provinsi Aceh mulai di Badan Penanggulangan Bencana Aceh hingga staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Keistimewaan Aceh dan SDM. 

Kemudian, Asmauddin juga sempat diangkat menjadi Kasatpol PP dan WH Aceh hingga Kadisprindagkop Aceh. Jabatan lainnya yakni Pj Bupati Aceh Singkil (2016-2017). 

Selanjutnya, 2018 Asmauddin kembali menguji nyali untuk bertarung di pilkada Subulussalam. Kali ini, Asmauddin berpasangan dengan Hj Asmidar dengan sebutan Hamas. 

Tapi, pilkada 2018 dimenangkan pasangan Affan Alfian Bintang/Salmaza atau Bisa dengan selisih perolehan suara luar biasa yakni sekitar 12 persen atau 5.000-an.

Baca juga: VIDEO Resmi Gabung PPP, Sandiaga Uno Ikhlas Bila Tak Jadi Cawapres Ganjar Pranowo di pilres 2024

Terakhir, Asmauddin kembali berjuang merebut kursi parlemen di DPR Aceh pada pileg 2019 lalu. 

Tapi perjuangan Asmauddin menuju kursi DPR Aceh melalui partai Demokrat Dapil 9 lagi-lagi kandas. 

Kini, Asmauddin telah memasuki usia pensiun dan menghabiskan waktu di Kota Subulussalam.

Di pertengahan tahun ini, Asmauddin dikabarkan akan dilantik menjadi anggota DPRA menggantikan T Sama Indra yang  meninggal dunia beberapa bulan lalu.

Profil Asmauddin


Berikut profil lengkap Asmauddin pria kelahiran Rundeng 65 tahun silam tepatnya pada tanggal 04 April 1958 dari seorang ayah H.Alwi Adami (Alm).

Ayahandanya adalah salah seorang pedagang sukses di daerahnya, Ibu Hj.Siti Aisyah. 

Asmauddin anak keempat dari enam bersaudara, sejak kecil ia dibesarkan dalam lingkungan “Adat Istiadat Singkil” sehingga melahirkan kepribadian yang sangat kental dengan adat istiadat di tanah Syekh Hamzah al-Fansury itu.

Suami dari Ibu Hj.Siti Fatimah  yang lahir di Kutacane (Suku Alas) dikaruniai 4 (empat) orang putra/putri, yaitu Fakhrul Rozi,  Nazli Rahman, Rizqa Ayunda,  dan Aulia Rahman. 

Memulai Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Rundeng, Tahun 1971 dan melanjutkan ke SMPN Singkil tahun 1976.

Karena ingin mendapatkan sekolah yang berkualitas kemudian melanjutkan ke SLTA pada salah satu SMA di Medan tamat tahun 1979. 

Setamat SMA, Asmauddin melanjutkan pendidikan APDN Banda Aceh, tamat tahun 1984. 

Gelar Sarjana Ekonomi(SE) diraih dari Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Banda Aceh pada tahun 1998 dengan hasil memuaskan.

Pada tahun 1987 Asmauddin mulai meniti karir di dengan menjadi Kasubag Umum Sektariat DPRD Aceh Selatan hingga tahun 1989. 

Pada tahun 1989-1993 di tunjuk menjadi Sekwilcam Kecamatan Simpang Kiri. Tahun 1993-1999 Asmauddin pun dipercayakan menjadi camat Singkil. 

Kemudian pada tahun 1999 sampai tahun 2002, Asmauddin ditunjuk sebagai Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), Aceh Singkil selanjutnya tahun 2002-2007, dia sebagai Kadis Perhubungan di sana.

Asmauddin yang juga aktif di Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) Pemuda Pancasila, Aceh Singkil adalah salah satu wakil ketua panitia peningkatan status pembantu Bupati WIlayah Singkil menjadi Kabupaten pada tahun 1996 hingga definitifnya daerah tersebut. 

Ketua Panitia Pemekaran Pemko Subulussalam kembali sukses menghantarkan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara itu  menjadi Pj. wali kota perdana. 

Tekadnya kala itu yang dicanangkan adalah membangun Subulussalam agar setara dengan kata maju lainnya yang ada di nusantara ini.

Ia juga mengupayakan agar masyarakat yang membawahi lima kecamatan yaitu, Simpang Kiri, Rundeng, Sultan Daulat, Penanggalan dan Longkip maju di segala bidang kehidupan dan pembangunan.

Dalam meniti karirnya didampingi oleh seorang isteri yang setia Hj.Siti Fatimah, yang selain sebagai ibu rumah tangga juga merupakan seorang bidan.

Hj Siti Fatimah Sosok srikandi yang gigih dan ulet, sehingga telah berhasil mendidik dan membina empat orang anak mereka pada sejumlah sekolah di sana.

Sementara alasan Asmauddin menjadi Pj Wali Kota Subulussalam disamping berbagai alasan, dia juga sudah banyak berjuang untuk perwujudan pemko sejalan dengan posisinya sebagai Ketua Pemekaran Pemko Subulussalam yang diperjuangkan sejak tahun 2002.

“Dia sudah berjasa untuk Pemko Subulussalam dan sangat wajar menjadi Pj,” terang Anasruddin pengurus KNPI (2007) kala itu.

Merah Sakti SH salah seorang tokoh masyarakat yang juga bagian dari panitia pemekaran mengatakan, Subulussalam bakal maju pesat seperti kota lainnya.

Dia memprediksi  setelah menjadi pemko, Subulussalam akan maju karena daerah itu memiliki potensi dan sumber daya alam.

Hal itu katanya, selain sumberdaya alam, juga nenek moyang orang-orang Subulussalam telah mewariskan budaya gotong royong, budaya musyawarah, mufakat, meski mereka berada pada struktur masyarakat yang plural (majemuk).

Sakti kala itu mengakui, tidak hanya setuju dengan pemko Subulussalam, tapi juga angkat topi dan salut atas kegigihan penggagas dan masyarakat pendukung Pemko terkait. 

Perjuangan panjang lima tahun yang melelahkan tidak membuat mereka surut selangkahpun, karena mereka berjuang atas dasar aspirasi rakyat menuntut kemajuan tata pemerintahan dan perekonomian rakyat. 

Karenanya dia menilai pemekaran daerah menjadikan pertumbuhan ekonomi rakyat semakin meningkat melalui pengelolaan SDM dan SDA daerah yang dimekarkan dapat dimaksimalkan untuk mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan (2007).

Kini, Pemko Subulussalam sudah berusia 16 tahun sejak undang-undang pemekarannya diterbitkan dan wali koya diresmikan.

Usia 16 tahun tentu sudah sangat matang untuk maju di berbagai lini. Diakui, saat ini sederet kemajuan telah tercapai sejak dimekarkan dari Aceh Singkil.

Meski begitu,  masih banyak juga yang harus menjadi perhatian pemerintah daerah.

Persoalan pendidikan, kesehatan, dan ketersediaan lapangan kerja merupakan pekerjaan rumah buat pemerintah, dan sekaligus menjadi fokus ke depan.

Hal lain yakni pelayanan publik di pemerintahan Kota Subulussalam dan perberdayaan ekonomi.

Diharapakan, selain bangunan yang bagus,  pelayanannya juga harus terus ditingkatkan agar masyarakat benar-benar terlayani.

Ini sesuai dengan salah satu harapan pemekaran kala itu, untuk memperpendek rentang kendali masyarakat dalam mendapat pelayanan publik.

Semua pihak berharap, perjuangan dan prestasi-prestasi yang telah ditorehkan harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi dengan mengedepankan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih serta berpihak kepada rakyat.

Selamat memasuki usia ke 16, Pemerintahan Kota Subulussalam. Sebuah usia yang cukup matang untuk beranjak dewasa.

16 tahun lalu, para panitia pemekaran Subulussalam menyalakan semangat yang menginspirasi segenap masyarakat hingga melahirkan  Kota Subukussalam yang menjadi bagian sejarah di tanah air. (*)

 

 


 

 

Berita Terkini