Kupi Beungoh

Ismail Rasyid, Alasan Saya Optimis dengan Kehadiran ABF

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

T Dhahrul Bawadi, Pelaku UMKM asal Aceh dan kini menetap di Jakarta

Di bawah kepemimpinan Ismail Rasyid dan didukung oleh pakar serta pengusaha yang semuanya sudah senior di bidangnya, insya Allah ABF akan berkembang dan membawa manfaat untuk Aceh.

Karena yang bergabung di dalam ABF ini adalah pengusaha yang real alias nyata punya usaha, di bidang dagang maupun usaha ekspor impor, bukan pengusaha yang hanya mengharap proyek dan dana pemerintah.

Akan Kembali ke Aceh

Optimisme saya kepada ABF semakin nyata ketika 3 pertemuan yang berlangsung di Krueng Raya, Australia, dan Kuala Lumpur berlangsung tanpa campur tangan pemerintah.

Baca juga: VIDEO ABF Jajaki Peluang Pasarkan Produk UMKM Aceh ke Australia

Artinya, ABF tak harus menunggu kucuran dana dari pemerintah untuk bergerak mewujudkan cita-citanya, menjalin silaturahmi, membua networking, serta membuka akses pasar produk Aceh ke luar daerah dan mancanegara.

Di sini, peran Ismail Rasyid yang merupakan pengusaha multimoda transport kelas internasional, menjadi motor penggerak, menanggung penuh biaya tempat dan makan para peserta pertemuan.

Kami dan para pengusaha lainnya dipilih diundang untuk hadir, dengan menanggung biaya transportasi dan akomodasi sendiri, tanpa perlu menunggu kucuran dana dari organisasi.

Inilah yang membuat saya optimis terhadap ABF, dan memberikan semangat kepada saya akan kembalinya para pengusaha asal Aceh yang kini bertebaran di luar daerah dan luar negeri, untuk ikut berkontribusi membangun “Nanggroe Indatu”.

Saya termasuk satu di antara sejumlah orang Aceh yang memutuskan ke luar dan memilih membangun usaha di luar Aceh.

Kenapa? Karena pengalaman pahit yang saya alami di Aceh semenjak berkecimpung di dunia usaha sejak tahun 2015.

Permasalahan yang dihadapi Bang Ismail Rasyid, terutama di KIA Ladong yang gagal setelah investasi ratusan juta Rupiah, menambah keyakinan saya untuk ke luar dari Aceh.

Tekad saya sudah sangat bulat, karena dengan kondisi dan situasi saat ini sangat sulit bagi sebuah industri untuk berkembang di Aceh.

Bukan karena Acehnya, tapi karena SDM orang-orang di pemerintahan tidak akan pernah singkron dengan dunia usaha, ditambah lagi para pengusaha di Aceh yang dekat dengan pemerintah, didominasi oleh para kontraktor.

Mereka hanya berpikir bagaimana setiap tahunnya bisa mendapatkan proyek dari pemerintah, bukan berpikir untuk memajukan industri dan dunia usaha di Aceh.

Tiap tahun yang program kerjanya adalah tentang proyek pengadaan copypaste, bukan untuk membuat daerah maju dengan membuka kawasan industri.

Dengan kondisi seperti ini, saya berkeyakinan, industri di Aceh bisa jalan hanya untuk kawasan Aceh.

Baca juga: Ismail Rasyid Tegaskan ABF akan Menjadi Forum Dialog Bisnis: Tidak Ada Urusan Politik di Dalamnya

Kalau untuk menjangkau ke nasional/internasional sampai saat ini belum bisa, karena kita masih sangat banyak keterbatasan, terutama di sisi perizinan, SDM pemerintah, dan infrastruktur yang sangat terbatas.

Dalam beberapa forum, saya sangat kritis mengkritik oknum di Pemerintah Aceh, agar mereka lebih peduli dengan program membuka kawasan industri yang memberi hasil nyata, bukan hanya sekedar proyek.

Tapi hasilnya yang ada kita diadu domba karena mereka anggap saya mengganggu proyek mereka.

Saya kemudian belajar pada senior-senior yang sudah sukses di bidang usaha.

Tapi anehnya, kebanyakan dari pengusaha Aceh yang sukses ini tidak tinggal di Aceh.

Mereka meraih kesuksesan setelah puluhan tahun melanglang buana di negeri orang.

Sering saya bertanya “ka lagee nyoe sukses, pakon ureng droen hana neutinggai di Aceh?”

Hampir semua jawaban yang saya dengar intinya sama. Hanya ada beda rasa karena dengan bumbunya dari masing-masing.

“Di Aceh hana pereulee ureung-ureung lagee tanyoe, jadi percuma tatinggai di Aceh, yang na dale lam dawa sabe keudroe-droe,” demikian inti jawaban.

Sengaja saya tidak menerjemahkan pertanyaan dan jawaban ini, karena ini adalah konsumsi orang dalam sahaja.

Akhir kata, saya berpendapat, banyak PR yang harus diselesaikan oleh ABF di Aceh.

Dan saya yakin ABF akan mampu mengatasi semua masalah dan kendala yang akan dihadapi dalam perjalanan nantinya. Aamiin.

*) PENULIS adalah Pelaku UMKM asal Aceh dan kini menetap di Jakarta.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkini