Info Kesehatan Aceh

Mitos Membuat Sulitnya Memberikan ASI Eksklusif ke Bayi

Editor: IKL
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mitos Membuat Sulitnya Memberikan ASI Eksklusif ke Bayi

SERAMBINEWS.COM - Seorang pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, dr. Hilwah Nora M.Med.Sci, ART, SpOG (K), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyulitkan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayi.

Salah satu faktor utama adalah keterbatasan cuti melahirkan, terutama bagi ibu yang bekerja sebagai ASN atau di perusahaan swasta. Biasanya, cuti melahirkan hanya berlangsung selama sekitar 3 bulan, sehingga membuat ibu yang juga memiliki karier kesulitan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, kelelahan akibat pekerjaan kantor juga menjadi kendala bagi sang ibu.

"Tentu saja dia sudah mencapai target 6 bulan eksklusif, kecuali ada orang yang standby mengantar bayi setiap saat ke kantor tempat sang ibu bekerja," katanya. Diakui, ada sejumlah ibu yang memang memeras secara khusus lalu menyimpan ASI di dalam kulkas.

Dr. Hilwah menambahkan bahwa beberapa ibu mencoba memeras ASI secara khusus dan menyimpannya di dalam kulkas. Namun, hal ini tidak mudah dilakukan. Ibu perlu memiliki pasokan ASI yang cukup untuk diperas dan disimpan di kulkas, sehingga bisa diberikan kepada bayi saat dibutuhkan, terutama ketika sang ibu tidak berada di dekat bayi.

Namun, dalam banyak kasus, karena pemberian ASI tidak langsung, ASI sang ibu cenderung cepat kering. Dr. Hilwah menjelaskan bahwa isapan lidah bayi yang merangsang hormon prolaktin tidak dapat dirangsang oleh pompa, sehingga produksi ASI menjadi terganggu.

Di lingkungan gampong-gampong, di mana banyak ibu bekerja di sektor non-formal, masalah lain muncul terkait pemahaman terhadap kondisi bayi. Padahal, ibu-ibu tersebut sebenarnya memiliki kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif, namun seringkali tidak melakukannya. Salah satu mitos yang diyakini secara turun temurun adalah bahwa memberikan pisang atau nasi lebih baik bagi pertumbuhan fisik bayi daripada ASI, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung mitos tersebut.

Dr. Hilwah menekankan pentingnya edukasi dari berbagai pihak untuk mengubah pemahaman yang salah tersebut. Hal ini diharapkan dapat membantu ibu-ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka dengan pemahaman yang benar.

"Oleh karena itulah butuh edukasi dari berbagai pihak agar pemahaman-pemahaman yang tidak benar itu bisa berubah," katanya.(*)

Berita Terkini