Dampak PPDB 2023, Kepala Sekolah SD di Ponorogo Menangis, Tak Ada Murid yang Daftar di Sekolahnya

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Meski sendirian masuk kelas 1 SDN 1 Setono, Kecamatan Jenengan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tak membuat Ira (7) ciut nyali. Mengenakan baju terusan warna atas merah bawah biru muda, diantar kakeknya, Ira percaya diri masuk ke dalam kelas,Senin (17/7/2023) pagi.

Tahun ini,  SDN Tumenggungan hanya ada satu siswa saja yang mendaftar.

Leliy Maria, Kepala SDN Tumenggungan menuturkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sepinya siswa yang mendaftar.

Ia menyebut, minimnya pemukiman di sekitar sekolah jadi salah satu faktor yang berpengaruh.

"Posisi kita kanan kiri depan belakang rumah sakit pertokoan dan lain sebagainya. Belakang pemukiman hanya sedikit. Jumlah anak sekitar kami hanya sedikit," ucap Leliy, dikutip dari Tribun Solo.com.

Sebelum PPDB 2023 dibuka, Leliy berharap ada banyak yang tertarik dengan sekolah yang dipimpinnya, namun hal tersebut hanyalah sebuah harapan.

 
"Itu sudah diketahui sebelum PPDB. Ke TK yang mau ke sini ini. Berharapnya mungkin dari luar. Kenyataanya tidak ada," jelasnya.

Leliy menyebut, faktor lainnya yakni orang tua siswa yang memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta.

Diketahui, satu siswa yang masuk tersebut, mendaftar melalui jalur afirmasi.

Sedangkan, kata Leliy, masih ada satu murid lagi yang diusulkan untuk masuk melalui jalur offline.

"Afirmasi 1 offline 1. Offline itu langsung artinya tidak masuk lewat zonasi karena umurnya kurang sedikit," jelasnya.

Ia juga mengatakan, populasi anak di sekitar sekolahnya yang sangat minim juga menjadi faktor lain kenapa SDN Tumenggungan sepi.

 

Kesulitan Atur Dana BOS

Leliy Maria juga menceritakan, bahwa muridnya tiap tahun makin menyusut.

Atas hal tersebut, pihaknya kesulitan mengatur dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

BOS sendiri bergantung pada jumlah siswa.

"Kemarin kita meluluskan 20 orang. Kalau yang diterima 2, berarti kehilangan 18 siswa pendanaan dari BOS," tuturnya saat ditemui Selasa (11/7/2023).

Ia juga menyebut, ada tren penurunan jumlah siswa setiap tahunnya.

"Berapa tahun ini menurun. Saya di sini baru tahun kemarin. Kalau dilihat dari jumlah siswa kelas 6 sampai kelas 2 trennya turun," jelasnya.

Ia menambahkan, jumlah siswa di  SDN Tumenggungan sekitar 70 orang, sedangkan BOS tahun ini dianggarkan Rp930 ribu per murid per tahun.

Leliy pun berusaha memanfaatkan dana tersebut semaksimal mungkin.

"Sepintar-pintarnya kita," ucapnya.

Ditanya soal wacana penggabungan dengan sekolah lain atau regrouping, Leliy pun pasrah.

"Kalau regrouping dari dinas (Dinas Pendidikan Kota Solo). Untuk tahun ini baru berjalan baru penataan. Dinas pun sudah melihat mungkin paling kelihatan sedikit kita. Tapi masih ada beberapa SD yang sedikit," tuturnya.

"Bagaimana harus bisa mengelola seberapa pun siswanya. Kami sudah berusaha yang terbaik. Sudah diantisipasi paling awal," pungkas Leliy.

Baca juga: PPDB SMP di Bireuen Dimulai, Operator Sekolah Siap Bantu Daftar Online, Kuota Penuh, Link Tertutup


Ada SD di Solo yang Cuma Dapat 3 Murid

Setali tiga uang dengan SDN Temenggungan, ada SD lain yang hanya mendapatkan siswa yang bisa dihitung dengan jari.

Sekolah tersebut ialah SDN Carangan, Baluwarti Kota Solo.

SDN Carangan bahkan berlokasi di dekat Keraton Surakarta.

Tahun 2023 ini, SDN Carangan cuma ada 3 murid yang diterima.

Mengutip Tribun Solo.com, hal tersebut dikonfirmasi oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Solo Abdul haris Alamsah.

Ia juga menyebut, ada sekitar 13 SD yang kekurangan siswa.

"Ada beberapa sekolah (kekurangan siswa), SD sekitar 13 sekolah," terang Abdul.

Pihak Dinas Pendidikan pun akan melakukan pengkajian, jika tak ada potensi penambahan murid makan akan dilakukan regrouping atau menggabungkan sekolah.

"Kita data dulu. Nanti masuk regrouping. Nanti kita lihat finalnya. Nanti kita cek semua," tuturnya.

Di sisi lain, ada sekolah yang menerima 81 siswa tahun ini, yakni SDN Cemara 2.

Pihaknya juga tidak akan mengurangi kuota rombongan belajar (rombel) mengingat usulan ini merupakan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

"Ndak. Itu kan keinginan orang tua kan kuotanya sudah ada," terangnya.

 

Berita Terkini