Dengan berbekal surat-surat palsu, Nadia berhasil melintasi perbatasan dan masuk ke wilayah Kurdi untuk bergabung dengan ribuan pengungsi Yazidi di sana.
Di tempat pengungsian itulah baru Nadia mengetahui enam saudara laki-laki dan ibunya tewas dibunuh ISIS.
Berkat bantuan sebuah organisasi yang membantu warga Yazidi, Nadia bisa bertemu saudarinya di Jerman, tempat dia saat ini tinggal.
Sejak saat itu, Nadia mendedikasikan dirinya untuk apa yang disebutnya "perjuangan rakyat kami", dan menjadi aktivis anti-kekerasan terhadap perempuan ternama jauh sebelum gerakan #MeToo melanda dunia.
Sebelum serbuan ISIS pada 2014, jumlah warga etnis Yazidi di Irak berjumlah sekitar 550.000 orang.
Namun, sebanyak 100.000 orang sudah meninggalkan Irak sejak serbuan ISIS.
Sebagian lainnya memilih tetap berada di wilayah Kurdi dan masih takut untuk kembali ke kampung halaman mereka.
Kini, Nadia Murad menjadi suara Yazidi di kancah dunia.
Dia mengkampanyekan keadilan bagi rakyatnya.
Dia juga memperjuangkan agar dunia mengakui perbuatan ISIS terhadap etnis Yazidi bisa dikatagorikan sebagai genosida.(*)
Berita ini sudah tayang di grid.id dengan judul Jadi Budak Pemuas Nafsu ISIS, Wanita ini Terpaksa Santap Daging Anaknya Sendiri yang Disajikan dengan Nasi di Penjara