SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Tokoh perdamaian Aceh, Sofyan Dawood mengaku bahwa eks kombatan sangat komit menjaga perdamaian Aceh sejak perjanjian ditandatangani pada 15 Agustus 2005 silam.
"Kalau menjaga perdamaian kami sejak awal komit. Bahkan setelah 2005 perdamaian terwujud, tahun 2006 kami langsung mencalonkan Gubernur dari GAM," kata Sofyan Dawood dalam diskusi yang berlangsung di salah satu warkop di Banda Aceh, Senin (14/8/2023).
Diskusi bertajuk 'Merawat Damai di Aceh untuk Kemajuan Indonesia' diprakarsai oleh Lembaga Aceh Resource & Development (ARD).
Selain Sofyan Dawood, diskusi ini juga menghadirkan Asisten I Setda Aceh Dr M Jafar, ekonom Aceh Dr Rustam Effendi, Sekretaris KNPI Aceh Danil Akbar Taqwadin.
"Hari ini kita berbicara damai, Aceh ini bagian dari Indoensia. Tapi ada pihak-pihak yang mengarahkan ke arah lain, itu isu-isu politik yang harus kita jaga," tegas Sofyan Dawood.
Baca juga: Sofyan Dawood, dari Cot Trieng, Helsinki, Hingga Membidik Senayan
Sofyan Dawood menyampaikan bahwa selama ini proses perdamaian Aceh dijalankan dan dirawat secara pribadi-pribadi oleh eks kombatan tanpa meminta upeti.
"Tidak ada istilah bagi kami perdamaian ini pura-pura. Tidak. Semua masuk dalam ranah NKRI. Banyak dari kalangan GAM menjadi pejabat," imbuhnya.
"Saya mencalonkan anggota DPR RI juga bagian dari komitmen saya untuk menjaga perdamaian," tambah mantan juru bicara GAM ini.
Meskipun perdamaian sudah berusia 18 tahun pada 2023, ternyata Sofyan Dawood juga memiliki sedikit rasa kecewa terhadap republik karena semua persoalan Aceh tidak kunjung selesai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Saya ada kekecewaan sedikit dalam hal ini, sebenarnya persoalan Aceh sebelum habis masa SBY sudah selesai. Itu yang kecewa sedikit," ungkap dia.
Baca juga: Belajar Konflik Aceh ke Kesbangpol, Mahasiswa Prodi Kesos UIN Ar-Raniry Komit Isi Perdamaian
Akibatnya, hingga saat ini masih banyak pihak di luar Aceh, terutama investor yang masih mempertanyakan apakah Aceh sudah benar-benar aman.
"Di luar Aceh masih dibicarakan Aceh daerah bekas konflik. Ini masih dibicarakan. Harusnya dibicarakan Aceh aman. Ini PR (Pekerjaan Rumah) kita bersama untuk menjawab kepada investor luar," katanya.
"Jangan sampai poin keamanan menjadi pertanyaan para pengusaha di Jakarta. Aman tidak, ada pungli tidak. Bahkan 80 persen (gagalnya investasi) terhenti disitu. Terakhir yang menjadi persoalan terhambat ekonomi Aceh," tambah dia.
Menurut Sofyan Dawood, kampanye Aceh damai harus digelorakan oleh semua pihak, termasuk oleh akademisi.
"Ekonomi garis utama dalam kita menjaga perdamaian. Kalau ekonomi tidak ada maka akan lahir kekerasan dan kejahatan," tutupnya.(*)
Baca juga: Ditanya Siapa Duluan Bilang Suka, Yuni Manurung: Bang Rasyid