SERAMBINEWS.COM - Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif, dr Edi Darmawan Sp An dari RSUDZA bicara soal obat Tramadol, mulai dari efek samping hingga terapi berhenti kecanduan.
Diketahui obat Tramadol sering disalahgunakan karena efeknya yang menenangkan dan euforia sebagaimana mengutip laman resmi BNN Kota Tangerang Selatan.
Dokter Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) itu menjelaskan, Tramadol masuk dalam golongan narkotika, yakni obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri.
Dalam dunia medis, dikenal ada tiga level narkotika, golong satu merupakan yang paling berat efek sampingnya.
"Orang medis kapan pakai? Untuk mengobati nyeri pasca-operasi," ungkap dr Edi dalam program Serambi Spotlight dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di studio Serambinews.com, Rabu (30/8/2023).
"Apakah selain pasca-operasi sering digunakan? Jarang sekali," sambungnya.
Baca juga: Advokat di Aceh Bicara soal Bekingan Mafia Obat hingga Dugaan di Balik Kasus Tewasnya Imam Masykur
Baca juga: Para Korban Oknum Paspampres Mulai Buka Suara, Hotman Persilakan DM: Korban Banyak Hukuman Bertambah
Dokter spesialis anestesiologi RSUZA itu menjelaskan, meski masyarakat sudah mengetahui Tramadol digunakan sebagai anti nyeri, namun tidak bisa dijual sembarangan.
"Misalnya ada masyarakat sudah tahu Tramadol itu anti nyeri, terus mau datang ke apotek atau depot beli obat ini, tidak bisa," kata dr Edi.
"Tidak bisa sembarangan karena dia harus menggunakan resep (dokter)," tambahnya.
Bahkan terkadang sudah membawa resep pun, pihak apotek bertanya lagi siapa dokter yang memberikan resep tersebut.
"Karena dokter-dokter tertentu yang bisa mengeluarkan resep obat seperti ini, tidak semua dokter, mengingat efek samping tadi," jelas alumnus Universitas Indonesia (UI) itu.
Baca juga: Kasus Imam Masykur, Ikadin: DPR RI asal Aceh Dorong Peradilan Koneksitas ke Kemenhan-TNI, Kenapa?
Baca juga: Imam Masykur di Postingan Terakhirnya: Maafkan Dosa Saya ya Allah, Berharap Surga yang Kekal
Umumnya diberikan Tramadol kepada pasien operasi yang prediksi nyerinya sedang, namun jika diprediksi nyerinya ringan malah tidak dipakai karena bisa muncul efek samping.
"Ada lagi, ketika prediksi kita nyeri pasca-operasi besar atau berat, maka bukan Tramadol yang kita pakai," ungkap dr Edi.
"Ada golongan obat lain yang levelnya di atas, itu narkotik golongan dua biasa kita pakai, atau golongan satu, menyesuaikan kondisi pasien," sambungnya.
Selain pasca-operasi, Tramadol biasanya juga dipakai sebagai pereda nyeri akibat penyakit kanker.
"Nyeri akibat orang-orang penyakit tumor, itu sering diberikan juga Tramadol, tujuannya apa untuk mengurangi rasa sakit," jelas dr Edi.
Efek Samping Tramadol
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUDZA itu menjelas, Tramadol bila dikonsumsi dalam dosis yang berlebihan, dapat membuat perlambatan atau depresi napas.
"Kondisi akut itu bisa depresi napas yang berefek pada kehilangan kesadaran, jika tidak ditangani dengan bagus bisa meninggal," jelas dr Edi.
Kemudian, pemberian Tramadol untuk anak-anak perlu pemantauan khusus, selain itu pasien usia tua di atas 65 tahun, risiko terjadi depresi napas sangatlah tinggi.
Baca juga: FKPJ Magangkan Milenial Aceh Hingga Luar Daerah, Usai Magang, Diterima Kerja Atau Bisa Buka Usaha
Kaget saat Tahu Tramadol Disalahgunakan
Dokter RSUDZA itu sendiri kaget ketika mengetahui Tramadol disalahgunakan seiring viralnya kasus oknum Paspampres, Praka Riswandi Manik yang diduga menyiksa warga Bireuen Aceh, Imam Masykur sebagaimana ramai dibahas akhir-akhir ini.
"Pertama saya baru tahu ternyata sudah mulai ada penyalahgunaan penggunaan Tramadol ini," ucap dr Edi.
"Dari Serambi saya baca, tadi pagi saya beli koran, lah kok sudah seperti ini Tramadol," sambungnya sembari tertawa.
Padahal obat ini sendiri sudah diatur peredarannya secara ketat dan semestinya sulit didapatkan masyarakat di tempat umum.
"Saya sendiri pernah meresepkan orang sakit nyeri, coba beli obat ini, tidak bisa katanya habis. Oh bukan habis itu berarti, kamu harus ke saya, saya kasih resep," ungkap dr Edi.
"Sebenarnya dari segi pengaturannya sudah bagus. Obat ini sangat sulit bisa beredar tanpa ada resep," tambahnya.
Sehingga kalaupun ada yang menyalahgunakan Tramadol untuk sesuatu yang lain, maka itu sesuatu yang benar-benar di luar kontrol.
"Berhubung saya juga baru tahu ada penyalahgunaan, mungkin ke depan perlu diperketat lagi terkait penyebaran obat ini di masyarakat," tambahnya.
Baca juga: Ikadin Aceh Minta Kasus Imam Masykur Disidik Militer dan Sipil: Diduga Ada Orang Sipil Lain Terlibat
Baca juga: Rektor UIN Ar-Raniry Intruksikan Dosen Hentikan Perkuliahan Saat Azan Berkumandang
Berhenti Ketergantungan Tramadol
Pasien yang sudah kecanduan dan menyalahgunakan Tramadol, menurut dokter spesialis anestesi itu diperlukan teknik khusus.
"Untuk menghilangkan adiktif atau kecanduan terhadap obat ini, memang ada tekniknya, harus datang ke dokter dan ada timnya mengatasi kecanduan," jelas dr Edi.
Kalau sudah kecanduan, diperlukan terapi menggunakan teknik khusus karena pada saat prosesnya akan muncul efek samping.
"Muncul efek samping, orang akan memberontak, tekanan darahnya berubah, nadinya berubah," jelas dr Edi.
"Sehingga membutuhkan teknik dan lokasi tertentu untuk orang-orang yang ingin disembuhkan dari kondisi kecanduan," pungkasnya.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS