Mihrab

Ajaran Tasawuf Dalam Menghadapi Tahun Politik: Rakyat Harus Bijak Tentukan Pilihannya

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Contoh surat suara dengan desain yang disederhanakan saat simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Ajaran Tasawuf Dalam Menghadapi Tahun Politik: Rakyat Harus Bijak Dalam Tentukan Pilihannya

SERAMBINEWS.COM – Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024 akan menjadi momentum penting dan bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada hari tersebut rakyat Indonesia akan memilih sendiri tokoh-tokoh yang akan menjadi pemimpinnya untuk lima tahun kedepan baik di ranah eksekutif maupun legislatif.

Adapun di eksekutif, rakyat Indonesia akan memilih langsung presiden dan wakil presiden yang akan kepala negara, sedangkan untuk legislatif rakyat juga memilih langsung perwakilan rakat untuk dudukl di kuris DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, Kota/Kabupaten.

“Momentum tersebut tentu harus menjadi perhatian khusus bagi kita agar tidak salah dalam memilih calon-calon yang akan menjadi pemimpin kedepannya,"

"Rakyat harus cermat dan bijak dalam menentukan pilihannya dengan tidak hanya tergoda janji manis dan iming-imingan angin surga oleh para calon tersebut,” ujar Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Teuku Khumaidi SH, Kamis (2/11/2023).

Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Teuku Khumaidi SH (FOR SERAMBINEWS.COM)

Di sisi lain, kata dia, bagai para calon yang akan bertarung memperebutkan kursi eksekutif maupun legislatif, semestinya harus menanamkan dalam dirinya beberapa ajaran Tasawuf agar tujuan terjun ke dunia politik senantiasa sesuai dengan perintah Allah SWT.

Menurutnya, diantara ajaran tasawwuf yang perlu menjadi bahan refleksi diri adalah “tidak cinta dunia”.

Para calon eksekutif maupun legislatif sepantasnya mencalonkan diri sebagai pemimpin bukanlah untuk memuaskan nafsu kenikmatan dunia.

“Bukan pula bertujuan untuk memperkaya diri agar bisa berfoya-foya dengan keluarga dan sanak saudaranya,"

"Para calon semestinya menjadikan perpolitikannya sebagai pengamalan tentang Fiqh As-Siyyasah (hukum pemerintahan) yang menjadi jembatan untuk beribadah kepada Allah,” paparnya.

Tasawwuf juga mengajarkan agar bersifat “Zuhud”, yaitu tidak terikat hati seseorang dengan harta, jabatan maupun kesenangan dunia yang ia miliki.

Para calon lazimnya jika terpilih nanti sebagai wakil rakyat agar tidak membangga-banggakan dan cinta mati dengan jabatan baru tersebut.

Alumni Hukum Ekonomi Syariah UIN Ar Raniry Banda Aceh ini melanjutkan, ajaran tasawwuf juga mendidik umat agar bersifat “Qanaah ”, yaitu merasa cukup terhadap pemberian Allah kepada dirinya.

“Sifat ini sangat penting untuk dilekatkan di dalam hati para calon, dimana para calon nantinya harus menerima dengan rela, lapang dada dan penuh rasa syukur terhadap apapun hasil pemilu, baikkah ia keluar sebagai pemenang dan menduduki jabatan maupun terpojok karena menelan pahitnya kekalahan,” ungkap Tgk Khumaidi.

Halaman
12

Berita Terkini